Liputan6.com, Jakarta "Eh biasanya kalau teman dekat hamil, kamu sebentar lagi hamil lho," begitu kata beberapa orang yang mempercayai bahwa kehamilan itu 'menular'.
Perbincangan seputar kehamilan yang 'menular' itu sampai-sampai membuat sang sahabat meminta untuk diinjak jempol kaki. Katanya sih agar cepat 'nular' hamilnya.
Baca Juga
Apa iya memang benar kehamilan orang-orang di sekitar bisa membuat wanita di dekatnya yang sudah menikah tak lama lagi bakal hamil?
Advertisement
Health-Liputan6.com mencari studi ilmiah terkait hal. Salah satu yang membahasnya ada dalam American Sociological Review 2018. Disebutkan dalam studi tersebut ketika salah satu sahabat SMA memiliki anak, kemungkinan sahabatnya mengalami kehamilan menjadi meningkat. Sekitar dua tahun sesudah sahabat melahirkan kemungkinan bakal juga hamil.
Bahkan, pengaruh kuat sahabat itu lebih besar daripada kakak adik perempuan. "Dalam masyarakat modern saat ini, teman sama atau lebih penting daripada saudara dan anggota keluarga lainnya," tulis peneliti melansir laman New Republic.
Tanya Pakar
Beberapa waktu lalu, Health-Liputan6.com juga menanyakan hal ini ke dokter kebidanan dan kandungan Grace Valentine. Menurut wanita yang praktik di Bamed Womens Clinic Jakarta itu kehamilan itu tidak menular.
"Kalau secara medis tentu saja tidak menular ya, karena hamil itu kan terjadi dari pembuahan sel telur dan sperma," jelas Grace sambil tersenyum.
Namun, Grace tidak menampik bahwa bisa saja ada efek psikologis ketika seseorang di sekitar hamil. Semacam ada hal positif yang membuat seseorang yang sedang memiliki anak yakin bahwa bisa hamil.
"Seharusnya enggak ada hubungannya sama sekali. Tapi mungkin secara pikiran begitu ya, ketika dia melihat teman hamil atau saudara hamil, 'Oh dia sudah hamil, berarti saya juga bisa hamil ya'," papar wanita lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Faktor pikiran yang rileks memang punya pengaruh terhadap kualitas sel telur dan sperma yang baik.
Sementara bila stres, itu pengaruhnya bisa buruk. "Ketika stres dan banyak tekanan itu membuat secara hormonal yang bisa mengganggu pembuahan itu sendiri," terang Grace.
Lebih lanjut, Grace menjelaskan bahwa ketika seseorang stres maka hormon kortisol meningkat. Kondisi ini turut memengaruhi hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.
Advertisement