Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan jenis diet tinggi protein cenderung membantu menurunkan berat badan dan pembentukan otot. Namun para peneliti mulai memperbincangkan apakah manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
Beberapa studi terbaru bahkan menunjukkan makanan tinggi protein memberikan dampak kesehatan jantung dan sistem kardiovaskular.
Baca Juga
Salah satunya yaitu studi pada hewan yang menunjukkan diet tinggi protein menghasilkan masalah kesehatan kardiovaskular, seperti aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak pada dindingnya).
Advertisement
Lalu ada juga studi pada manusia (dari EClinicalMedicine, Pennsylvania (Penn) State University) yang menghubungkan makanan tinggi asam amino-- sejenis tinggi protein dengan meningkatnya risiko kardiometabolik, berupa penyakit jantung, stroke dan diabetes.
"Protein dianggap mengandung sedikit senyawa asam amino yang beragam di setiap komponennya. Beberapa mengandung atom unsur sulfur (belerang), sehingga diberi nama asam amino sulfur," kata peneliti.
Dua asam amino sulfur ini muncul pada makanan tinggi protein, seperti metionin (asam amino yang diperlukan) dan sistein (asam amino yang semi-dibutuhkan).
"Itu sebabnya kadar kolesterol, trigliserida, glukosa (gula), dan insulin peserta harus terus dipantau karena dapat memberi dampak pada yang sudah lama melakukan diet tinggi protein," ujar Prof. John Richie - teman penulis penelitian sebelumnya.
Para peneliti juga menganalisis informasi tentang kebiasaan diet para peserta, termasuk perhitungan asupan nutrisi. Mereka dikecualikan dari penelitian perorangan yang melaporkan memiliki asupan asam amino sulfur yang terlalu rendah.
Â
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Hasil studi
Hasil penelitian yang juga mengukur berat badan peserta menunjukkan rata-rata asupan asam amino sulfur hampir 2,5 kali lebih tinggi daripada rata-rata asupan yang dibutuhkan (yaitu sekitar 15 miligram per kilogram berat badan per hari).
Terlebih, para pengawas menemukan peserta yang mengonsumsi tinggi asam amino sulfur juga memiliki risiko tinggi memiliki kardiometabolik.
Hubungan keduanya masih berlaku bahkan setelah memisahkan beberapa faktor, termasuk usia, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan seperti hipertensi dan diabetes.
Adapun sumber makanan yang paling banyak asam amino sulfurnya hampir ada pada semua bahan makanan, kecuali gandum, buah dan sayuran.
"Daging dan makanan tinggi protein lainnya juga mengandung tinggi asam amino sulfur", catat pemimpin penulis penelitian Zhen Dong, Ph.D.
"Orang yang mengonsumsi protein dari buah dan sayur juga ditemukan kadar asam amino sulfur, tapi lebih sedikit", tambahnya.
Penelitian lebih lanjut akan memungkinkan mereka menemukan cara makan seperti apa yang memiliki risiko kardiometabolik, ujar Prof. Richie.
Advertisement