Kanker Bisa Kambuh, Kenapa?

Seringkali, kanker kembali kambuh setelah beberapa tahun dinyatakan sembuh. Kenapa demikian? Prof. Dr. dr. Soeharti A Gondhowiardjo menjelaskan beberapa hal.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2020, 13:00 WIB
Ahli dan Pemerhati Kanker Prof. Dr. dr. Soeharti A Gondhowiardjo, SpRad(K), OnkRad
Ahli dan Pemerhati Kanker Prof. Dr. dr. Soeharti A Gondhowiardjo, SpRad(K), OnkRad

Liputan6.com, Jakarta - Memperhatikan kasus kanker yang seringkali kembali setelah beberapa tahun dinyatakan sembuh, Ahli dan Pemerhati Kanker Prof. Dr. dr. Soeharti A Gondhowiardjo menjelaskan bahwa hal tersebut karena sifat kanker yang ganas.

Diketahui, kanker adalah penyakit dengan penyebab kematian terbesar kedua di dunia. Menurut data Globocan, terdapat 58,2 ribu kasus baru  kanker payudara, 30 ribu kasus baru kanker paru, dan 32,4 kasus baru kanker serviks, dengan total hampir 350 ribu kanker di Indonesia.

"Kanker itu sebenarnya adalah tumor. Apa sih tumor itu? Benjolan yang tidak normal di badan. Tumor tuh ada yang ganas dan yang engga, yang ganas itu namanya kanker," kata Soeharti, saat ditemui dalam acara diskusi nasional penanggulangan kanker di RS Dharmais, Jakarta Barat.

Menurutnya, yang membedakan kanker dengan tumor adalah batasnya. Kanker jinak mempunyai batas seperti balon, dan bisa melakukan operasi pengangkatan tumor. Sedangkan kanker tidak mempunyai batas, dia menyebar, dan masuk di antara sel normal.

"Kalau pembuluh darah terbuka, kanker masuk, lari (sel kankernya ke bagian tubuh lain)," kata Soeharti.

Sel kanker mempunyai kemampuan untuk hidup ditempat lain, dan hal itu yang menyebabkan kanker sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian.

Soeharti menambahkan, sebelum mengobati pasien kanker, perlu periksaan terlebih dahulu di seluruh badan. "Levernya, tulangnya, otaknya, terus parunya bagaimana, karena begitu ada di tempat lain jadinya stadium 4," jelasnya.

 

Simak Video Menarik Berikut:

Kontrol diperlukan

Kanker Payudara
Kanker Payudara (sumber: iStockphoto)

Kanker diibaratkan sebagai titik ujung pulpen. "Satu titik ini isinya 10 pangkat 9 kalo kanker. Jadi, ada kemungkinan bahwa pada saat bahwa kita katakan bersih, ternyata belum," ujar Soeharti.

"Jika dikatakan bersih, apakah bersih bersih menurut mata kita? Oleh karena itu pasien kanker itu harus kontrol long life, sepanjang hidup," Soeharti menekankan.

Dalam sebuah kasus yang disampaikan Soeharti, pada penderita kanker payudara, dua tahun pertama adalah waktu yang paling sering terjadi kekambuhan. "Kemarin ada pasien saya datang dengan 'anak' (kanker) sebar dibeberapa tempat, tahu enggak ternyata dia pernah berobat ke saya tahun 1991," jelasnya.

Oleh karena itulah diperlukan kontrol setelah sembuh. "Kalaupun kemungkinannya kecil, tapi kemungkinan itu masih ada," kata Soeharti.

Dia mengatakan, kita tidak pernah tau penyebab kanker, yang kita tau hanyalah faktor risiko, faktor yang mendekatkan seseorang akan terjadinya kanker. Itu berbagi atas beberapa. Bahan kimia, radiasi, dan genetik juga.

Saat kontrol, diperlukan pemeriksaan di seluruh badan. Terdapat dua macam kontrol, yaitu efek samping yang terjadi akibat pengobatan, dan hasil pengobatannya seperti apa. Hasil pengobatannya bukan hanya yang diderita, tapi semuanya. "Misalnya pasien kanker payudara, harus dilihat paru-paru, levernya, dan tulangnya," jelasnya.

 

Penulis: Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya