Kenali Masalah Penggumpalan Darah yang Berisiko Terjadi Saat Penerbangan Panjang

Benarkah penerbangan terlalu lama bisa menyebabkan terjadinya gumpalan darah yang berpotensi fatal?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Feb 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 22:00 WIB
Kursi pesawat (iStock)
Ilustrasi kursi pesawat (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam merupakan salah satu risiko kesehatan akibat penggumpalan darah yang muncul ketika seseorang melakukan perjalanan jarak jauh. Banyak yang menyatakan bahwa kondisi ini muncul dalam sebuah penerbangan panjang.

Namun, tidak hanya dalam penerbangan saja masalah tersebut bisa muncul. US Center for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa semua orang yang bepergian selama lebih dari empat jam dengan mobil, bus, atau kereta api, tetap berisiko mengalami penggumpalan darah.

Dilansir dari laman resmi CDC pada Selasa (18/2/2020), gumpalan darah yang terbentuk di vena dalam bisa terbentuk ketika seseorang tidak bergerak dalam waktu lama. Umumnya, ini akan larut dengan sendirinya.

Namun, pada kasus yang serius, bisa berakibat pada pecahnya bekuan yang berpindah ke paru dan menjadi emboli untuk kemudian menyebabkan penyumbatan atau emboli paru.

Kepada Health Liputan6.com lewat pesan tertulis pada Selasa (18/2/2020), Simon Salim, dokter spesialis penyakit dalam sub-spesialis kardiovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan kondisi tersebut juga bisa berakibat pada henti jantung.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Mencegah DVT

Pintu Darurat Pesawat
Pintu darurat pesawat di dekat kursi penumpang. (iStockphoto)

Simon menambahkan, risiko DVT juga muncul apabila seseorang duduk terlalu lama ditambah dengan kondisi dehidrasi. Maka dari itu, ketika dalam penerbangan atau perjalanan panjang, cobalah untuk tetap bergerak.

"Kalau terbang panjang terus gerak-gerakkan kaki, terus jalan-jalan di pesawat, terus kaki bisa lurus seperti di kelas bisnis, tidak (meningkatkan risiko) juga lah," kata Simon.

"Makanya kadang dibilang economy class punya masalah. Economy class syndrome. Tourist class," selorohnya.

Simon juga mengatakan, biasanya pencegahan DVT akan diberikan sebelum dan ketika berada dalam penerbangan. Contohnya melakukan gerakan kaki tertentu.


Gejala dan Faktor Risiko

Ilustrasi Kursi Pesawat
Ilustrasi kursi pesawat. (iStockphoto)

Selain itu, sebelum penerbangan, periksakan diri sendiri. Apabila memiliki penyakit tertentu dan berada dalam risiko tinggi, konsultasikan kepada dokter tentang masalah kesehatan Anda.

CDC mencatat, bahwa risiko pembekuan darah dalam sebuah perjalanan umumnya kecil. Tingkat risiko tergantung dari lamanya perjalanan atau apakah seseorang memiliki risiko lain.

Beberapa dari mereka adalah: orang yang berusia di atas 40, obesitas, baru mengalami operasi atau cedera sekitar tiga bulan, menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, kehamilan, memiliki riwayat keluarga dan riwayat pribadi terkait pembekuan darah, pasien kanker atau sedang dalam pengobatan, serta mereka yang mobilitasnya terbatas.

CDC menyatakan bahwa setengah dari orang dengan DVT umumnya tidak memiliki gejala. Namun, seringkali mereka juga menimbulkan pembengkakan pada kaki atau lengan, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan, kulit menghangat saat disentuh, serta kemerahan pada kulit.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya