Liputan6.com, Jakarta Empon-empon yang dianggap mampu menangkal virus corona (COVID-19) kini laris manis di pasaran. Harga empon-empon di beberapa pasar tradisional, seperti di Semarang dan Yogyakarta, Jawa Tengah makin melejit.Â
Pada umumnya, empon-empon terdiri dari jahe, temulawak, kunyit, kencur, lengkuas, daun serai, dan sebagainya dibuat menjadi ramuan jamu. Namun, niat hati membuat empon-empon dari rempah-rempah asli Indonesia ini bisa saja berbahaya.Â
Advertisement
"Banyak sekali yang bertanya kepada saya soal ini. Saya jawab, 'Maaf, saya bukan spesialis rempah-rempah.' Tapi saya bisa jawab. Intinya begini, empon-empon itu kan terdiri dari jahe, kunyit dan lainnya, sebetulnya semua itu kan mengandung antioksidan," jelas dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan saat konferensi pers di Kantor PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, kemarin (5/3/2020).
"Tapi kalau kita tidak bisa mengolah empon-empon, asal-asalan gitu ngolahnya terkait campuran air dan suhunya, saya khawatir bukan antioksidan yang terbentuk, tapi justru oksidan."
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu melindungi sel dan menangkal radikal bebas. Sementara itu, oksidan adalah molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi molekul lain.Â
Oksidasi berupa reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Tak ayal, oksidan yang terbentuk akan berbahaya bagi tubuh.
Â
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Jangan Berlebihan Katakan Anti-corona
Erlina menambahkan, sebenarnya banyak juga suplemen yang berasal dari kunyit. Tapi suplemen tersebut dibuat dengan teknik industri yang sangat baik.
"Sehingga hasilnya bisa terjaga kualitasnya, yang produk akhirnya kaya antioksidan. Jadi, empon-empon kalau diolah dengan baik bisa menjadi antioksidan, banyak vitamin kan," tambah dokter yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta.
"Tapi jangan berlebihan mengatakan, (empon-empon) untuk anti virus corona, Saya enggak setuju. Sampai saat ini, bahkan teknologi maju pun belum menemukan obat yang spesifik anti corona. Virusnya sendiri saja baru ditemukan. Obatnya lagi dibuat dengan tahapan panjang. Dari uji klinis fase 1, fase 2, fase 3, dan tahapan lain."
Advertisement
Tidak Dilarang dan Tidak Diwajibkan
Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan COVID-19, Zubairi Djoerban ikut menyampaikan, selama ini, ia tak melarang pasien-pasiennya bila ingin mengonsumsi tanaman herbal.Â
"Saya bilang ke pasien, kalau kepingin ya monggo (silakan). Apakah saya melarang? Tidak. Apakah saya mewajibkan? Tidak. Ya silakan saja," ujar Zubairi.
"Yang penting di sini kita harus hidup sehat. Olahraga 150 menit seminggu. Makan sayur dan buah, istirahat dan tidur yang cukup."
Ketua PB IDI Daeng M Faqih sekali lagi menegaskan, empon-empon hukumnya mubah (boleh).Â
"Tidak dilarang, tidak diwajibkan. Tadi kata dokter Erlina juga kan ada khasiatnya mengandung antioksidan. Tapi kalau dikaitkan dengan menangkal virus corona harus nunggu penelitianya dulu," tegasnya.