Peneliti Prancis Lakukan Tes Obat Arthritis untuk Pasien COVID-19 Bergejala Parah

Sekelompok peneliti di Prancis melakukan uji coba penggunaan obat arthritis tocilizumab pada pasien COVID-19 bergejala parah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Mei 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 19:00 WIB
FOTO: Kasus Corona COVID-19 Global Tembus 3 Juta Pasien
Seorang pria memakai masker saat berjalan di Alun-Alun Trocadero, Paris, Prancis, Jumat (24/4/2020). Prancis menempati posisi keempat sebagai negara dengan kasus infeksi virus corona COVID-19 terbesar di dunia yaitu 165.962 positif dengan 46.293 orang sembuh. (AP Photo/Michel Euler, FILE)

Liputan6.com, Jakarta Belum ada obat spesifik untuk COVID-19 hingga saat ini. Namun, berbagai jenis pengobatan tengah diuji coba untuk melawan infeksi virus corona di dunia.

Beberapa waktu lalu, para dokter di Paris University Hospital Trust (AP-HP), Prancis melakukan tes pemberian obat arthritis pada pasien COVID-19 yang bergejala parah.

Mengutip New York Post pada Jumat (1/5/2020), obat yang bernama Tocilizumab ini diberikan pada 129 pasien yang mengalami pneumonia akibat virus corona dengan tingkat sedang hingga berat. Setengah dari pasien diberikan dua dosis suntikan obat bersama antibiotik, sementara yang lain diberikan pengobatan biasa.

Dilaporkan, para pasien yang diberikan tocilizumab lebih kecil kemungkinan untuk meninggal dan lebih sedikit yang memerlukan alat penyokong kehidupan. Situasi ini dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Belum Diterbitkan Secara Resmi

Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Dilaporkan CTV News, para peneliti setempat juga mengatakan bahwa kemungkinan tocilizumab dapat mencegah badai sitokin, sebuah reaksi parah terhadap benda asing yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat. Kondisi ini terjadi pada kasus COVID-19 yang parah dan berisiko fatal.

Hanya saja, dikutip dari Straits Times, hasil dari penelitian ini belum diterbitkan secara resmi. AP-HP memutuskan mempublikasi studi ini sebelum benar-benar diterbitkan dengan alasan kesehatan masyarakat.

Mereka juga menegaskan bahwa masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektivitas obat serta potensi efek samping yang mungkin terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya