Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan di Prancis mengatakan bahwa COVID-19 kemungkinan sudah berada di negara tersebut pada akhir Desember tahun lalu. Hal ini berbeda dari waktu diumumkannya kasus pertama infeksi virus corona di sana yaitu bulan Januari 2020.
Dalam abstraksinya di jurnal International Journal of Antimicrobial Agents pada 3 Mei 2020, para dokter mengatakan bahwa ada pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit di utara Paris pada Desember 2019. Ia mengalami hemoptisis tanpa diagnosis etiologi.
Baca Juga
Hasil tes RT-PCR dilakukan secara retrospektif pada sampel pernapasan kyang disimpan untuk mengonfirmasi diagnosis. Hasilnya, dia mengalami COVID-19.
Advertisement
"Berdasarkan hasil ini, tampaknya epidemi COVID-19 dimulai jauh lebih awal," tulis para dokter seperti dikutip dari Science Direct pada Rabu (6/5/2020).
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Pria yang Dirawat 27 Desember Lalu
Mengutip Science Alert, analisis retrospektif sampel tersebut diambil dari 14 pasien perawatan intensif di Avicenne and Jean-Verdier Hospital di Paris dengan gejala mirip influenza.
Hasilnya, seorang warga Prancis berusia 42 tahun dikonfirmasi positif COVID-19. Namun, pria ini belum pernah mengunjungi Tiongkok dan dirawat di rumah sakit pada 27 Desember.
Advertisement
Tetap Melacak Kontak
Salah satu penulis studi, Yves Cohen, kepala resusitasi di rumah sakit tersebut mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa pasien 27 Desember adalah "patient zero" dari Prancis. Dia menambahkan, mereka masih melakukan pelacakan kontaminasi pertama dari pria tersebut.
"Dia sakit selama 15 hari dan menginfeksi kedua anaknya, tetapi tidak dengan istrinya yang bekerja di supermarket," kata Cohen seperti dikutip dari France24.
"Dia terkejut, tidak mengerti bagaimana dirinya telah terinfeksi. Kami menyatukan teka-teki dan dia tidak melakukan perjalanan. Satu-satunya kontak yang dimiliknya adalah dengan istrinya."
Penelusuran Lanjutan
Istri pasien tersebut bekerja di samping sebuah kedai sushi, dekat dengan rekan-rekannya yang memiliki keturunan Tiongkok. Namun tidak diketahui apakah mereka telah melakukan perjalanan ke China. Selain itu, masih diteliti apakah wanita tersebut tanpa gejala.
"Pria ini mungkin 'patient zero' tetapi mungkin ada orang lain di wilayah lain. Semua PCR negatif untuk pneumonia harus diuji lagi. Virus itu mungkin bersirkulasi (saat itu)."
Sebelumnya, beberapa negara lain juga menyatakan adanya kemungkinan kasus infeksi virus corona sebelum kasus pertama COVID-19 dinyatakan secara resmi di wilayah mereka.
Seperti di Amerika Serikat, beberapa autopsi dilakukan pada kematian yang mencurigakan di California, yang terjadi sebelum pengumuman kasus resmi pertama pada 21 Januari.
Advertisement