Kenali Gejala Distress di Masa Pandemi COVID-19 Pada Anak

Annelia Sari Sami Ketua Satgas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia untuk Penanggulangan COVID-19 menyebutkan beberapa gejala distress akibat COVID-19 pada anak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Mei 2020, 08:59 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 08:00 WIB
Webminar AJI dan Unicef
Webinar "Menjaga Kesehatan Jiwa Anak dan Keluarga saat Pandemi: Investasi Menyiapkan Generasi Masa Depan Indonesia”, Selasa (19/5/2020).

Liputan6.com, Jakarta Annelia Sari Sami Ketua Satgas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia untuk Penanggulangan COVID-19 menyebutkan beberapa gejala distress akibat COVID-19 pada anak.

Gejala distress yang timbul pada anak diambil juga dari data kondisi anak pada saat bencana dan krisis kesehatan, katanya. Biasanya, tanda-tanda ini muncul secara tipis atau tidak terlalu terlihat.

“Dalam melihat gejala ini, perlu orangtua atau orang dewasa yang ada di sekitar anak yang mampu mengamati,” kata Anne dalam webminar kesehatan jiwa Unicef dan Jurnalisme Data, Selasa (19/5/2020).

Anne memberi contoh, anak pada masa pertumbuhan biasanya ingin menunjukkan ia bisa mandiri namun setelah adanya bencana seperti ini ia cenderung manja dan tergantung pada orangtua.

“Awalnya saat sang ibu jauh, si anak baik-baik saja bermain sendiri, tapi setelah ada pandemi dia sampai pegangan pada baju ibunya dan tak mau melepaskan. Jika ada perubahan seperti itu kita harus waspada jangan-jangan ini adalah distress psikologis akibat kondisi yang ada saat ini.”

Simak Video Berikut Ini:

Gejala Pada Pra Remaja

Gejala distress dapat terjadi juga pada anak pra remaja. Rasa cemas berlebihan dan menarik diri bisa menjadi beberapa ciri.

“Tadinya anaknya aktif jadi menarik diri, maunya tiduran aja, atau nonton aja main gawai sambil tiduran,” kata Anne.

Ciri lain yang dapat dilihat adalah ketika anak menjadi lebih mudah marah karena hal kecil. Selain itu, anak yang sering mengalami mimpi buruk sampai mengigau, berjalan sambil tidur, atau bahkan mengompol, ini dapat juga dibilang sebagai gejala distress.

“Dan gejala yang biasanya sulit diamati tapi sering terjadi adalah cepat berubahnya suasana hati. Dalam waktu singkat anak yang mulanya sangat senang jadi sangat marah, ini reaksi-reaksi yang memang harus kita amati dan kita bandingkan dengan sebelum pandemi ini terjadi,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya