Direktur LBM Eijkman: Berdamai dengan COVID-19 Bukan Berarti Menyerah pada Penyakit

Direktur LBM Eijkman menegaskan bahwa berdamai dengan virus corona COVID-19 bukan diartikan sebagai menyerah terhadap penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Mei 2020, 19:17 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 15:26 WIB
Merawat Dunia Agar Sehat di Tengah Pandemi
Seorang perawat mengenakan alat pelindung diri (APD) sebelum memasuki ruang perawatan COVID-19 di Rumah Sakit Santo Spirito, Roma, Italia (12/4/2020). Hari Perawat Internasional diperingati di seluruh dunia pada 12 Mei atau bertepatan dengan hari lahir Florence Nightingale. (Xinhua/Alberto Lingria)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti yang juga Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan bahwa istilah berdamai dengan COVID-19 bukan berarti menyerah dan membiarkan diri tertular penyakit tersebut.

Amin mengatakan, World Health Organization telah menyampaikan bahwa virus corona penyebab COVID-19 akan sulit untuk benar-benar hilang karena mereka berasal dari alam.

"Yang bisa kita lakukan adalah bukan memusnahkan virusnya sama sekali, tetapi mencegah jangan sampai virus itu menyebabkan penyakit. Untuk itu tentu harus ada upaya untuk mencegah penularan, mencegah seseorang tidak tertular dan menularkan ke orang lain, dengan berbagai cara," kata Amin saat dihubungi oleh Health Liputan6.com pada Rabu (20/5/2020).

Amin mengatakan, upaya tersebut seperti apa yang telah dilakukan selama ini untuk mencegah virus influenza, HIV, atau penyakit lain yang bersifat luas seperti malaria.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Bukan Berarti Menyerah

FOTO: Warga Jepang Langgar Imbauan Tetap di Rumah
Pejalan kaki menunggu untuk menyeberang jalan di kawasan bisnis Shinjuku, Tokyo, Jepang, 17 April 2020. Banyak warga Jepang tidak mengindahkan imbauan untuk tetap di rumah setelah pemerintah mengumumkan darurat nasional akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Amin mengatakan, yang dimaksud berdamai dengan COVID-19 bukan berarti menunggu herd immunity.

"Kalau kita sudah memiliki kekebalan juga tidak berarti bahwa kita bisa seenaknya. Artinya mungkin ada orang yang kebal tapi dia juga bisa menularkan kepada orang lain, orang lain ini yang mungkin akan menderita lebih berat," ujarnya.

"Jadi intinya adalah kita mesti menyesuaikan pola dan gaya hidup kita untuk mengantisipasi itu, misalnya secara umum dengan menjaga kesehatannya, lalu kalau vaksinnya sudah ada divaksinasi lebih baik, kalau ada gejala flu ya kita harus pakai masker."

Amin menegaskan bahwa yang dimaksud berdamai dengan COVID-19 bukan berarti menyerah terhadap virus tersebut dan membiarkan seseorang tertular. Hal ini bisa diartikan agar orang-orang tetap bisa menjaga dirinya dari penularan dengan segala upaya yang ada, meskipun virus tersebut sudah ada di dunia.

"Jadi memang berdamai, kemudian kita bisa hidup berdampingan dengan virus itu tanpa saling mengganggu."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya