Studi Terbaru: Pembatasan Kalori Selama 2 Tahun Bisa Perpanjang Usia

Diet gizi seimbang selama dua tahun bikin usia panjang

oleh Fitri Syarifah diperbarui 02 Jun 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi diet Mediterania
Ilustrasi diet Mediterania (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Meski sudah menjalankan diet, ada kalanya usia sebenarnya seseorang tidak sama dengan usia biologis. Usia biologis adalah usia dari sel-sel tubuh yang menggambarkan Anda sudah terlihat seberapa tua. Sedangkan usia kronologis adalah usia Anda sekarang yang dihitung dari tanggal lahir Anda.

Mengutip pidato dari John F. Kennedy yang disampaikan saat Konferensi White House pertama tentang "penuaan" pada tahun 1961, "Hidup memang bisa menambah usia, tapi tidak hanya usia yang ditambahkan ke kehidupan," katanya.

Lalu, apa yang perlu kita lakukan untuk memperpanjang umur dan kualitas hidup? Para peneliti dari seluruh dunia selalu berusaha mencari cara untuk mengatasinya, namun bagi Mattison dan rekannya, jawabannya adalah perubahan sederhana dalam diet.

Tidak ada kunci diet menuju usia tua sebaik mengurangi jumlah makanan di piring, atau lebih dikenal dengan "pembatasan kalori".

Adapun gagasan makanan yang dikonsumsi memengaruhi kesehatannya, telah dikemukakan sejak zaman Yunani Kuno oleh Hippocrates, seorang dokter pertama yang mengklaim penyakit itu bukan supranatural, melainkan berhubungan dengan 'kerakusan'. Menurutnya, orang gemuk cenderung mati lebih muda daripada yang langsing, sebagaimana dikutip dari BBC. 

Hal ini pula diperkuat dengan penelitian pada tahun 1935 pada tikus putih, dengan membatasi diet sekitar 30-50% telah menunjukkan perpanjangan usia hidup. Artinya, menunda kematian akibat gangguan atau penyakit berkaitan dengan usia. 

Itulah sebabnya, pada akhir 1980-an, dua uji coba independen jangka panjang - satu di National Institute on Ageing (NIA) dan lainnya di University of Wisconsin - didirikan untuk mempelajari pembatasan kalori dan penuaan pada monyet Rhesus.

Alasan saat itu memakai monyet rhesus karena mereka memiliki 93% DNA mirip dengan DNA manusia. Proses penuaan juga sama, dari kulit dan otot yang mengendur, rambut yang berubah dari coklat menjadi abu-abu. Bahkan frekuensi penyakit seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung pada primata ini juga semakin parah seiring bertambahnya usia. Mereka juga lebih mudah dikontrol.

"Mereka (monyet rhesus) adalah model yang sangat baik untuk mempelajari penuaan," ujar Rozalyn Anderson, seorang ahli gerontologi dari University of Wisconsin.

 

Hasil studi terbaru

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa monyet yang diberi kontrol diet lebih sehat dan terbebas dari penyakit dibandingkan monyet yang diberi makan sepuasnya kebanyakan mengidap diabetes.

Menurut Anderson, berdasarkan demonstrasi penuaan pada primata maka penuaan bisa ditunda, dalam artian semua penyakit yang menyertai bisa dicegah.

"Mengejar pengobatan untuk setiap penyakit tidak akan memperpanjang umur seseorang karena ia bisa mati akibat penyakit lainnya. Tapi jika Anda mencegah penuaan biologis, semuanya bisa mengimbangi sekaligus," ujar Anderson.

Para peneliti juga mencoba menerapkan percobaan CALERIE (Comprehensive Assessment of Long term Effects of Reducing Intake of Energy atau Penilaian Komprehensif Efek Jangka Panjang Pengurangan Asupan Energi), yaitu studi yang dirancang untuk menentukan efek biologis dari dua tahun pembatasan kalori berkepanjangan pada manusia.

Hasilnya cukup positif setelah 2 tahun menerapkannya. Seperti faktor tumor nekrosis berkurang hingga 25%, dan tingkat resisten insulin (tanda diabetes) turun hingga mendekati 40% dibandingkan orang yang makan seperti biasa. Dan secara keseluruhan, tekanan darah mereka lebih rendah.

Memang, kemungkinan beberapa manfaat tersebut datang setelah berat badan turun. Karena pada awal percobaan Calerie juga mengikutsertakan orang-orang obesitas serta mereka yang memiliki BMI standar hingga rendah. Dan menurunkan berat badan tentu meningkatkan kesejahteraan peserta yang obesitas.

Namun pada penelitian terbaru, manfaat tersebut juga bisa dirasakan oleh peserta yang bahkan memiliki BMI normal atau sehat. Maka dari itu, membatasi asupan kalori menjadi langkah paling menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan dan memperpanjang umur hidup. Tidak seperti perawatan oleh obat-obatan, membatasi asupan kalori tidak memiliki daftar panjang efek samping.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya