Liputan6.com, Jakarta Vaksin yang dibutuhkan saat pandemi corona Covid-19 masih dalam proses uji coba. Hingga kini terdapat hampir 160 vaksin yang sedang dikerjakan. Salah satunya, vaksin yang dikerjakan oleh Sinovac Biotech Ltd. mengklaim vaksinnya aman dan mampu memunculkan respons kekebalan dari uji coba klinis pada manusia.
Vaksin yang disebut CoronaVac dari perusahaan yang berbasis di Beijing tersebut, belum menyebabkan efek samping parah. Terdapat lebih dari 90 persen orang yang diberi suntikan pada interval 14 hari telah menginduksi antibodi penawar dua minggu setelah inokulasi(mikroorganisme atau dalam kasus ini merupakan virus corona yang setelah dilemahkan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh responden), kata Sinovac dalam siaran persnya, dikutip Gulfnews, Senin (15/6/2020).
Baca Juga
Klaim tersebut berdasarkan uji coba fase I dan II di China. Sebanyak 743 orang sehat berusia 18 hingga 59 yang terbagi dalam kelompok yang menerima suntikan CoronaVac dan kelompok lainnya menerima plasebo.
Advertisement
Menurut Sinovac, datanya akan lebih banyak terungkap dari kelompok uji coba lainnya yang menerima suntikan pada interval 28 hari. Sinovac berencana untuk mempublikasikan hasilnya di jurnal akademik, ujar juru bicara perusahaan.
Â
Gunakan virus mati
CoronaVac menggunakan versi coronavirus yang sudah mati. Vaksin buatan perusahaan Sinovac ini merupakan salah satu di antara lima uji coba vaksin di China yang telah mencapai tahap akhir, yaitu pengujian terhadap manusia, sebelum dapat disetujui untuk penggunaan umum.
Perusahaan ini juga mengumumkan kemitraannya dengan Instituto Butantan di Brasil untuk melakukan uji coba fase III di Brasil, dimana kasus wabah terbesar kedua terjadi (pertama di Amerika).
Dengan adanya lockdown dan jaga jarak sosial, dapat membantu menekan tingkat infeksi di banyak negara. Selain itu, beberapa perusahaan vaksin terkemuka di dunia terus berusaha untuk melakukan uji coba fase III selama wabah aktif ini untuk mengevaluasi efektifitas vaksin mereka.
Pihak berwenang di Brasil telah menyetujui vaksin yang dikembangkan bersama oleh University of Oxford dan AstraZeneca Plc untuk melakukan uji coba tahap akhir di sana, sementara Moderna Inc. yang berbasis di Cambridge, Massachusetts akan memasuki uji coba fase III di Amerika Serikat.
Advertisement