Liputan6.com, Bandungar Kelompok anak harus terlindungi kesehatannya selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tanggal 22 Juli 2020, terdapat 91.751 kasus terkonfirmasi COVID-19 yang 8,1 persen diantaranya adalah anak usia 0–18 tahun.
Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Nina Susana Dewi, pada kenyataannya penyakit COVID-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan saja tetapi berdampak pada segala aspek. Nina mengatakan hal ini berpotensi menimbulkan masalah bagi anak yang sedang mengalami tumbuh kembang.
Baca Juga
“Jangan sampai AKB (adaptasi kebiasan baru) ini berdampak negatif bagi anak dengan berkurangnya kesempatan untuk bermain belajar dan berkreasi karena ditetapkan kebijakan jaga jarak dan belajar di rumah. Kita semua mengharapkan anak-anak Indonesia tetap sehat dan kuat serta dapat melewati masa AKB dengan selamat,” ujar Nina dalam keterangan resminya ditulis Bandung Jumat (23/7/2020).
Advertisement
Perlindungan kesehatan anak, kata Nina, merupakan kerja keras seluruh dokter anak, para orangtua dan anak-anak Indonesia yang telah berjuang bersama menghadapi pandemi ini.
Saksikan juga video berikut ini:
Peringatan Hari Anak Nasional 2020
RSHS menggelar berbagai rangkaian acara pada peringatan Hari Anak Nasional 2020 bertema “Anak Terlindung, Indonesia Maju dengan tagline Anak Indonesia Gembira di Rumah”.
Acara itu dimulai dengan edukasi mengenai AKB pada Anak melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak dan edukasi cuci tangan enam langkah WHO pada pasien anak.
Selain itu, ada peresmian peluncuran Buku Bunga Rampai Corana Virus Disease dari Lahir Hingga Remaja karya SMF/Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr. Hasan Sadikin/FK Universitas Padjajaran oleh Plt. Dirjen Yankes Kemenkes Abdul Kadir.
“Peringatan Hari Anak Nasional dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal di masa pandemi Covid-19,” sebut Abdul dalam sambutan virtual.
Abdul menuturkan pandemi COVID-19 sekarang ini, berpengaruh besar terhadap upaya pemenuhan dan perlindungan hak anak. Selain dampak langsung infeksi pada anak tutur Abdul, pandemi COVID-19 juga mempengaruhi akses anak ke fasilitas pelayanan Kesehatan.
Tenaga dan sumber daya kesehatan terserap untuk mendukung respons terhadap wabah. Bagi orang tua, kekhawatiran tertular dan kebijakan menjaga jarak fisik mungkin membuat mereka menunda imunisasi rutin. Jika demikian, maka banyak bayi baru lahir, anak, dan ibu mengandung yang berisiko tidak mendapatkan intervensi kesehatan yang penting bagi keselamatan mereka.
“Peringatan HAN ini merupakan suatu kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan positif dalam rangka kepedulian terhadap perlindungan anak Indonesia dengan meningkatkan kepedulian semua pilar bangsa Indonesia baik orang tua, keluarga dan masyarakat terutama dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru pada anak,” ungkap Abdul.
Advertisement