Mengenal 7 Stimulasi Sensori pada Anak dan Cara Melatihnya

Psikolog klinis anak Rayi Tanjung Sari menjelaskan pentingnya melatih stimulasi sensori anak pada 1000 hari pertama kehidupan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Agu 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2020, 06:00 WIB
Berolahraga Bersama Anak
Ilustrasi Berolahraga Bersama Anak Credit: pexels.com/Valeria

Liputan6.com, Jakarta Psikolog klinis anak Rayi Tanjung Sari menjelaskan pentingnya melatih stimulasi sensori pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Menurutnya, ada 7 stimulasi sensori yang harus diperhatikan orangtua dalam tumbuh kembang anak yaitu sensori penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, peraba/taktil, keseimbangan/vestibular, dan gerak otot/propiosetif.

“Anak-anak belajar menerima stimulasi dari 7 sensor ini agar masuk ke otak dan dikelola dengan baik sehingga anak-anak bisa mengeluarkan output yang tepat  yang sesuai dengan konteks dan tuntutan lingkungan,” ujar Rayi dalam webminar Kalbe, Kamis (30/7/2020).

Jika 7 sensor ini tidak terstimulasi dengan baik, maka di otak akan ada kekacauan sehingga output-nya tidak maksimal atau tidak tepat.

“Melalui sensori ini otak anak juga akan berkembang. Setiap pengalaman yang diambil dari lingkungannya akan membuat sel-sel otak saling terhubung. Hal ini membuat otak berlatih sehingga bertumbuh dengan baik.”

Simak Video Berikut Ini:

Memengaruhi Kemampuan Belajar

Rayi juga menyampaikan, melatih sensori ini penting karena akan berpengaruh pada kegiatan sehari-hari anak.

“Kalau ada kekacauan di otak karena sensor yang tidak optimal maka akan berpengaruh pada kemampuan belajar, rutinitas harian, dan perilaku karena ini saling terhubung.”

Ia memberi contoh, anak yang membutuhkan stimulasi otot dan keseimbangan namun tidak dipenuhi sejak dini maka akan berpengaruh pada sulitnya anak untuk fokus, tidak kuatnya kerangka tubuh, sulit duduk tegak dan cenderung lebih suka bergerak.

“Karena sensori ini berkaitan dengan perencanaan gerak, struktur tubuh, kematangan reflek, perkembangan persepsi motorik, perilaku, hingga kemampuan belajar.”

Pelatihan stimulasi sensori bisa dilakukan dengan berbagai permainan dan setiap sensor memiliki pelatihan yang berbeda.

“Untuk sensor visual kita bisa main cat warna-warni, di sensori penciuman kita bisa belajar membedakan aroma berbagai rempah, di pengecapan bisa menebak rasa makanan, di pendengaran bisa dengan belajar mengenal bunyi berbagai binatang, di peraba bisa bermain slime atau membedakan tekstur.”

Untuk sensor keseimbangan, bisa bermain ayunan, berjalan di balok titian, dan bermain trampolin. Terakhir untuk sensor otot bisa melakukan permainan merangkak dengan halang rintang, lempar tangkap bola, atau bermain gelantungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya