Latih Asosiasi Anak Selama Belajar dari Rumah, Hindari Belajar di Kamar

Menurut psikolog anak, remaja dan keluarga Jovita Maria Ferliana, kegiatan belajar daring seharusnya tidak dilakukan di dalam kamar.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Agu 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 07:00 WIB
Diperpanjang Sampai 20 Mei, Siswa Belajar Online di Rumah
Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Gelombang work from home (WFH) membuat kebutuhan terhadap aplikasi video conference meningkat saat pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Dalam melaksanakan kegiatan belajar dari rumah selama pandemi COVID-19, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan anak dan orangtua. Salah satunya menciptakan suasana belajar yang mendukung.

Menurut psikolog anak, remaja dan keluarga Jovita Maria Ferliana, kegiatan belajar daring seharusnya tidak dilakukan di dalam kamar anak.

“Jangan biarkan anak kita belajar di dalam kamar karena penting banget untuk anak mengasosiasikan situasi atau suasana dengan kegunaan tempat,” ujar Jovita dalam webminar Bebas Stress Dampingi Anak School From Home (18/8/2020)

“Kalau ruang tidur berarti untuk tidur dan istirahat, kalau di ruang tidur kemudian kita pakai juga untuk belajar, itu tidak melatih asosiasi anak bahwa itu ruang untuk istirahat jadi akan lebih baik melakukan kegiatan belajar dari rumah itu di luar kamar tidurnya,” tambahnya.

Dalam mendukung kegiatan anak, orangtua dapat menyediakan ruang belajar khusus. Atau jika tidak ada ruang belajar maka ruang tengah atau sudut-sudut rumah bisa digunakan dan ditanamkan pada anak bahwa itu adalah pojok belajar.

“Kalau bosan dengan ruangan seperti itu, kita bisa berkreasi misalnya dengan memasang tanaman-tanaman hijau di sekitar tempat belajar.”

Simak Video Berikut Ini:

Rumus 20-20-20

Tanaman-tanaman hijau yang diletakan di sekitar anak juga berperan sebagai media untuk anak mengistirahatkan mata sehingga matanya menjadi sejuk. Mengingat, dalam belajar daring pandangan anak akan berfokus pada layar.

“Screen time perlu diperhatikan, saat screen time mata anak akan menatap layar agak lama atau terlalu lama. Itu bisa disiasati dengan langkah 20-20-20. Maksudnya, pada saat dia sudah menatap layar terus-terusan selama 20 menit, berikan dia waktu istirahat 20 detik untuk melihat 20 langkah kaki ke depan.”

Cara ini dapat digunakan untuk menghindari kelelahan mata. Karena sebetulnya efek menatap layar menimbulkan radiasi yang sedikit namun lebih jauh dampaknya adalah kelelahan pada mata. Contohnya, mata menjadi merah dan kering.

“Untuk menghindari itu, ajarkan anak rumus 20-20-20. Di ruang belajar tadi kita taruh tanaman yang hijau-hijau sehingga matanya bisa berolahraga dan tidak melulu fokus pada satu titik.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya