Liputan6.com, Jakarta Rokok yang dikonsumsi hari ini akan berdampak buruk bagi kehidupan pada 5 sampai 15 tahun mendatang. Dengan demikian, konsumsi rokok dapat mengancam bonus demografi pada tahun 2030 di mana usia anak tengah produktif.
“Anak-anak kita yang merokok hari ini, yang kini usianya 10 sampai 18 tahun itu nanti 10 sampai 15 tahun yang akan datang, sekitar tahun 2030 mereka akan menginjak usia produktif,” kata Lisda dalam webinar Kemen PPPA (17/9/2020).
Baca Juga
Kalau dampak rokok muncul di usia produktif, maka kegiatan anak dalam bekerja akan terganggu. Keadaan anak yang sakit-sakitan di usia produktifnya akan membuat kemampuan kerja tidak efektif, pengeluaran untuk pengobatan meningkat, dan akhirnya memengaruhi kesejahteraan keluarganya.
Advertisement
“Lebih jauh lagi, keadaan tersebut dapat berpengaruh pada produktivitas negara. Angka perokok anak usia 10-18 tahun pada 2018 sekitar 3.2 juta, jika di usia produktif mereka malah sakit-sakitan maka itu akan mengancam bonus demografi.”
Simak Video Berikut Ini:
Subliminal Advertising
Salah satu faktor tingginya angka merokok anak adalah iklan dan promosi yang menarik. Menurut Lisda, iklan rokok begitu memengaruhi anak-anak karena menggunakan teknik yang dalam psikologi dikenal sebagai subliminal advertising.
Teknik subliminal advertising adalah teknik yang mengekspos individu pada suatu gambaran produk, nama dagang, atau rangsangan lainnya yang terasosiasi dengan kebiasaan targetnya. Individu tidak menyadari bahwa dirinya sedang terekspos.
Teknik iklan ini melibatkan emosi dan penayangan secara berulang-ulang dalam jangka panjang.
“Dalam psikologi itu ada yang disebut subliminal advertising. Tehniknya itu tidak disadari, anak-anak kita gak sadar bahkan kita pun gak sadar itu iklan rokok. Iklan akan diulang-ulang dan melibatkan emosi, biasanya kata-kata yang disampaikan sesuai kondisi psikologis anak-anak kita.”
Pada akhirnya, orang yang melihat iklan rokok dengan teknik ini akan melihat rokok sebagai produk yang biasa saja, bukan sesuatu yang berbahaya.
Teknik lain iklan rokok yang tidak disadari adalah dengan menempelkan merek rokok di spanduk, dinding, dan poster warung. Penjualan secara ecer dengan harga murah, menata rokok setinggi pandangan mata dan dekat jajanan anak.
“Warung menerima sejumlah uang dari distributor rokok untuk pemasangan spanduk iklan rokok,” tutup Lisda.
Advertisement