Liputan6.com, Jakarta Data menunjukkan sudah 803 apoteker dan 2.291 bidan di Indonesia yang terpapar COVID-19. Ini bukti semua tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan di bidang kesehatan memiliki risiko yang tinggi terinfeksi COVID-19.
"Semua tenaga kesehatan, tak cuma dokter dan perawat, ada bidan, apoteker, fisioterapis, tenaga kesehatan masyarakat, memang orang-orang yang ada di lapangan memberikan pelayanan ke pasien risikonya memang tinggi. Hanya saja, tidak terdata dengan baik," kata Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra.
Baca Juga
Kolesterol Tinggi dan Mati Rasa pada Kaki, Ini 10 Tanda Bahaya yang Harus Anda Waspadai
Ikuti Kebiasaan Prilly Latuconsina Minum Kopi Hitam, Bantu Turun 10 Kg dan Jaga Kolesterol, Asam Urat, serta Gula Darah
Kolesterol Dilarang Makan Apa? Wamenkes Dante Saksono Ungkap Makanan yang Harus Dihindari untuk Jantung Sehat
Risiko bidan memang tinggi terpapar COVID-19. Setiap hari, para ibu bisa datang berkonsultasi soal kandungan atau alat KB ke rumah bidan pagi, siang, malam. Meskipun bidan sudah menjalankan protokol kesehatan termasuk memakai Alat Pelindung Diri seperti masker, hal yang sama belum tentu dilakukan oleh pasien.
Advertisement
"Itulah yang terjadi, maka risiko keterpaparan COVID-19 di bidan tinggi," tutur Hermawan lewat sambungan telepon dengan Health-Liputan6.com, Rabu (23/9/2020).
Apoteker juga salah satu petugas kesehatan yang memang memiliki risiko tinggi terpapar COVID-19. Misalnya apoteker yang bekerja di rumah sakit, meski sudah memakai APD dan pembatas mika, tetap saja kontak fisik dengan pasien ada. Lalu, apoteker kadang masih menerima uang pembayaran yang bisa jadi salah satu media transmisi COVID-19.
"Jadi, memang rentan."
Â
Tingkatkan Kewaspadaan, Jangan Lengah
Melihat banyaknya kasus COVID-19 pada tenaga kesehatan, Hermawan mengimbau termasuk para bidan dan apoteker untuk meningkatkan level kewaspadaan.
"Pertama, perkuat penggunaan Alat Pelindung Diri. Jangan menyepelekan orang per orang, walaupun (pasien) tetangga dekat, kewaspadaan harus tinggi," katanya.
Dalam kondisi pandemi seperti sekarang di mana sudah samar lagi klaster COVID-19 dan banyaknya orang tanpa gejala COVID-19 membuat kita tidak tahu lagi siapa yang terinfeksi di lapangan.Â
"Seperti di kota-kota besar, itu sudah terjadi silent transmission. Maka level kewaspadaan harus tinggi," tuturnya.
"Jangan lengah sedikit pun," sarannya.
Kedua, Hermawan menyorot komunikasi antara tenaga kesehatan dengan organisasi profesi. Segera laporkan diri bila terinfeksi COVID-19 sehingga terdata siapa saja yang terpapar COVID-19.Â
"Semua itu bermanfaat, dengan adanya pendataan maka advokasi ke pemerintah bisa dilakukan," tuturnya.
Advertisement