Liputan6.com, Jakarta Timothy Ray Brown sempat membuat sejarah ketika ia dinyatakan sebagai orang pertama di dunia yang sembuh dari HIV. Namun, baru-baru ini, pria yang dikenal sebagai "Pasien Berlin" itu meninggal karena kanker.
Dilaporkan oleh AP News, dikutip Kamis (1/10/2020), Brown meninggal pada hari Selasa di Palm Springs, California, Amerika Serikat. Ia wafat di usia 54 tahun usai kankernya kambuh.
Baca Juga
Dikutip dari Live Science, Brown didiagnosis dengan HIV dan acute myeloid leukemia, kanker sel darah putih, lebih dari satu dekade lalu. Ia didiagnosis kanker pada 2006 dan menerima terapi radiasi serta transplantasi sumsum tulang pada 2007.
Advertisement
Tujuan pengobatannya adalah membunuh kanker yang ada di tubuhnya serta meningkatkan produksi sel darah putih yang sehat, yang dihasilkan di sumsum tulang.
Saat itu, Dokter Gero Huetter, yang memimpin prosedur, di satu sisi juga mencoba prosedur itu untuk mengobati HIV-nya. Ia mencari donor sumsum tulang dengan mutasi genetik langka yang membuatnya memiliki ketahanan alami dari infeksi HIV.
Usai transplantasi sumsum tulang pertamanya di 2007, Brown dinyatakan bebas dari HIV. Ia sempat menjalani prosedur serupa di tahun 2008 untuk mengatasi leukemia yang ia alami.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Membuka Pintu untuk Penyembuhan
Namun, usai bertahun-tahun remisi, kanker tersebut kembali akhir tahun lalu dan menyebar ke tulang belakang serta otaknya.
"Itu situasi yang sangat menyedihkan," kata Huetter yang saat ini menjadi direktur medis dari sebuah perusahaan sel punca di Dresden, Jerman terkait meninggalnya Brown.
Apalagi menurut Huetter, hingga akhir hayatnya, Brown masih terbebas dari HIV. "Timothy menjadi simbol bahwa (prosedur) itu mungkin dalam keadaan khusus," ujarnya.
Sementara itu, Presiden International AIDS Society, Adeeba Kamarulzaman mengatakan bahwa mereka berterima kaish pada Brown dan Huetter karena "telah membuka pintu bagi para ilmuwan untuk mengeksplorasi konsep bahwa penyembuhan HIV adalah sesuatu yang mungkin."
Ketika diwawancarai oleh Associated Press beberapa waktu lalu, Brown bersyukur bahwa dia bisa menjalani transplantasi tersebut.
"Ini membuka pintu yang sebelumnya tidak ada," kata Brown saat itu. Menurutnya, apa yang terjadi pada dirinya menginspirasi para ilmuwan untuk bekerja lebih keras dan menemukan obatnya.
Sementara bagi Mark King, seorang pria di Baltimore yang hidup dengan HIV, Brown adalah magnet bagi dirinya dan orang-orang yang hidup dengan penyakit tersebut, untuk mewujudkan harapan akan kesembuhan.
"Dia telah berkata sejak awal, 'Saya tidak ingin menjadi satu-satunya. Mereka harus terus bekerja untuk ini,'" kata King.
Advertisement