Liputan6.com, Jakarta Tetap tenang dan positif penting untuk dilakukan ketika seseorang dinyatakan positif terkena COVID-19. Ini juga berguna ketika menjalani perawatan atau isolasi.
Hal ini disampaikan oleh dokter Dewiyana Andari Kusmana, spesialis paru, konsultan intensivist dan gawat napas dalam siaran dialog dari Graha BNPB, Jakarta pada Selasa (6/10/2020).
Baca Juga
"Pasien yang pasrah, pasien yang tenang, dan pasien yang yakin, dia akan lebih mudah penyembuhannya dibandingkan pasien yang gelisah," kata Dewi.
Advertisement
Dewi, yang telah menangani pasien COVID-19 sejak bulan Maret hingga saat ini, mengatakan bahwa mereka juga mendatangkan psikiater untuk mengatasi kekhawatiran atau ketakutan yang dialami pasien.
"Kalau gelisah terus, makin tegang semakin tidak jelas," kata Dewi. "Jadi makin banyak penyakit yang dimunculkan."
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tenang, Jangan Panik, Pasrah
Dewi mengatakan, agar antibodi terbentuk, cara yang bisa dilakukan adalah dengan makan, minum, istirahat cukup, berpikir positif, dan tenang.
"Begitu Anda tahu terkena infeksi COVID-19, tenang, jangan panik, pasrah," katanya. Ia menambahkan, ketika seseorang gelisah, tubuh akan bereaksi dan membuat hormon berantakan. Kondisi ini malah menimbulkan masalah kesehatan yang lain.
"Kalau kita sampai atau keluarga kena, tenangkan diri, jangan panik, dan yakinkan diri bahwa kita akan sembuh. Berikan ketenangan diri, tidur yang cukup, perbanyak ibadah, itu akan menguatkan dan akan menjadi obat penyembuh."
Menurut Dewi, apabila hal-hal tersebut sudah dilakukan, itu berarti pasien sudah menuju setengah dari proses kesembuhan.
"Tinggal nanti obat dan lain sebagainya kalau itu diperlukan. Namun kalau Anda tidak tenang, Anda gelisah, Anda tidak bisa istirahat, dan Anda tidak menguatkan iman, itu biasanya sulit."
Dalam kesempatan tersebut, Dewi pun juga berpesan agar masyarakat untuk berkorban demi orang lain misalnya dengan menggunakan masker meski itu tidak nyaman.
"Tanpa pengorbanan, kita tidak akan bisa selesai pandemi ini."
Advertisement