Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta agar sekolah yang akan melakukan transisi pembelajaran tatap muka---yang direncanakan pada Januari 2021---harus melewati berbagai pertimbangan. Hal ini mengingat adanya risiko lonjakan kasus COVID-19 dari pembukaan sekolah.
Menurut Ketua IDAI, Aman B Pulungan, peningkatan jumlah kasus COVID-19 usai dibukanya kembali sekolah di tengah pandemi Corona telah terjadi di berbagai negara seperti Korea Selatan, Prancis, Amerika Serikat, dan Israel.
"Pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka mengandung risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus COVID-19, karena anak masih berada dalam masa pembentukan berbagai perilaku hidup yang baik agar menjadi kebiasaan rutin di kemudian hari," kata Aman seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 2 Desember 2020.
Advertisement
"Termasuk dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat," Aman menambahkan.
Lebih lanjut Aman, mengatakan, apabila protokol kesehatan dilanggar, baik sengaja atau tidak, risiko penularan Virus Corona baru penyebab COVID-19 akan meningkat sangat tinggi.
Dengan memertimbangkan panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, publikasi ilmiah dan di media massa, serta data COVID-19 di Indonesia, IDAI pun menilai bahwa pembelajaran jarak jauh atau PJJ masih lebih aman.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Sebelum Memulai Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi Corona COVID-19
Namun, IDAI tak menampik ada berbagai laporan tentang peningkatan stres pada anak dan keluarga, perlakuan salah, pernikahan dini, ancaman putus sekolah, serta hal lain yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak selama pandemi yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus oleh seluruh pihak.
Maka dari itu, IDAI mengatakan bahwa keputusan membuka sekolah untuk kegiatan tatap muka dapat berbeda-beda tiap daerah, karena dipengaruhi berbagai faktor.
"Namun demikian, sedapatnya keputusan membuka dan menutup kembali sekolah dalam waktu singkat dihindari, karena berdampak pada rutinitas keseharian anak dan keluarga," kata Aman.
IDAI pun mengatakan, untuk keputusan tersebut, diperlukan pendekatan yang sesuai dengan kondisi setempat, serta melibatkan berbagai pihak yang terkait dalam upaya kesehatan dan kesejahteraan anak.
Aman mengatakan, kebijakan pembukaan sekolah di tiap daerah juga harus meminta pertimbangan dinas kesehatan dan organisasi profesi kesehatan setempat, dengan memperhatikan peningkatan angka kejadian dan kematian COVID-19 di wilayah tersebut.
"Pihak sekolah hendaknya pertama-tama memenuhi standar protokol kesehatan dengan memastikan dukungan fasilitas yang memadai sesuai anjuran atau petunjuk teknis yang berlaku, sebelum merencanakan mulainya pembelajaran tatap muka dan dipastikan dapat terpenuhi selama kegiatan berlangsung," kata IDAI.
Advertisement