Liputan6.com, Jakarta Tim peneliti Universitas Padjajaran (Unpad) memperkenalkan alat tes cepat atau rapid test antigen untuk skrining COVID-19, yang mereka kembangkan sendiri. Alat ini dinamakan CePAD.
Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) berharap, keberadaan CePAD diharapkan dapat mengurangi impor alat tes cepat antigen.
Baca Juga
"Sebentar lagi pengembangannya akan menghasilkan bahan baku yang bersumber bahan mentah asli Indonesia, untuk dapat digunakan dalam pembuatan antigen domestik," kata Bambang dalam konferensi pers virtual pada Senin (28/12/2020).
Advertisement
Bambang mengatakan bahwa tes cepat antigen sudah mendapatkan rekomendasi penggunaan oleh World Health Organization (WHO) dan Perhimpunan Patologi Klinis Indonesia.
Menristek juga menyebut, CePAD sendiri sudah dipakai di beberapa rumah sakit seperti RS Pendidikan Unpad, Laboratorium Kesehatan Pemprov Jabar, dan RS Santosa Bandung.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Sensitivitas hingga 85 Persen
"CePAD ini sudah dilengkap dengan sistem trace, yaitu barcode yang dihubungkan dengan NIK, sehingga mempercepat aksi untuk penanganan orang terdeteksi positif atau membantu proses tracing dan tracking," kata Bambang.
Dalam presentasinya, Muhammad Yusuf dari tim pengembang CePAD mengungkapkan, CePAD memiliki sensitivitas hingga 85 persen, spesifitas mencapai 83 persen, serta akurasi 84 persen. Angka ini sudah setara dengan persyaratan dari WHO yaitu di atas 80 persen.
"Kami telah melakukan uji di laboratorium, kami menentukan bahwa limit deteksi dari metode ini adalah 5 nanogram per mililiter. Setelah kami bandingkan dengan review terbaru yang membandingkan 7 rapid antigen komersil, ternyata hasilnya setara," kata Yusuf.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan izin edar untuk alat tes cepat antigen ini. Bambang juga mengatakan bahwa kapasitas produksi CePAD saat ini sebanyak 500 ribu per bulan.
"Kisaran harganya sekitar 120 ribu per alat," kata Bambang."Sehingga relatif terjangkau untuk tempat-tempat yang ada mobilitas tinggi."
Yusuf menambahkan, berdasarkan bahan baku antigen atau antibodi produksi lokal, ke depannya mereka akan mengembangkan vaksin pasif atau terapi, serta uji antigen melalui air liur.
Advertisement