Liputan6.com, Jakarta Pfizer dan BioNTech mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan kemungkinan mampu melawan mutasi dalam varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Pernyataan tersebut disampaikan pengembang dalam studi yang mereka lakukan. Dalam laporannya, Pfizer dan ilmuwan dari University of Texas Medical Branch menunjukkan bahwa vaksin mereka masih efektif menetralkan virus corona dengan mutasi spike protein N501Y.
Baca Juga
Dikutip dari New York Post pada Jumat (8/1/2021), Phil Dormitzer, chief scientific officer Pfizer mengatakan bahwa temuan ini menggembirakan mengingatkan varian baru virus SARS-CoV-2 dilaporkan lebih cepat menular.
Advertisement
Dormitzer mengatakan, vaksin mereka tampaknya efektif melawan mutasi tersebut, serta 15 mutasi lain yang telah diuji oleh perusahaan.
"Kami sudah menguji 16 mutasi yang berbeda dan tidak satu pun dari mereka berpengaruh secara signifikan. Itu kabar baiknya," kata Dormitzer. "Itu bukan berarti tidak dengan yang ke-17."
Namun, temuan ini masih terbatas karena tidak melihat rangkaian lengkap mutasi yang ditemukan pada varian baru virus, yang menyebar dengan cepat.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Lanjutkan Studi dengan Mutasi Lain
Dormitzer sendiri mencatat bahwa salah satu mutasi yang cukup banyak dikhawatirkan adalah E484K yang ditemukan di Afrika Selatan.
Maka dari itu, para peneliti berencana melakukan tes serupa apakah vaksin masih efektif melawan mutasi lain yang ditemukan di varian dari Inggris dan Afrika Selatan, salah satunya E484K.
Mengutip AP News, dalam laporannya di situs bioRxiv, para peneliti menggunakan sampel darah dari 20 orang penerima vaksin Pfizer-BioNTech. Mereka melaporkan, antibodi dari penerima vaksin berhasil melawan virus dalam uji coba di laboratorium.
Studi ini sendiri masih bersifat pendahuluan dan belum mendapatkan ulasan dari para ahli. Namun menurut Dormitzer, temuan ini sangat meyakinkan bahwa setidaknya mutasi tersebut, tampaknya bukan masalah bagi vaksin.
Dormitzer mengatakan, meski jika akhirnya virus bermutasi sehingga membutuhkan penyesuaian vaksin, mengubah resepnya tidak akan menjadi kesulitan untuk perusahaan. Hal ini seperti vaksin flu yang disesuaikan hampir setiap tahun.
Dia mengatakan, vaksin dibuat dengan potongan kode genetik virus dan mudah diganti, meskipun tidak jelas jenis pengujian tambahan apa yang diperlukan regulator dalam perubahan seperti itu.
Advertisement