Liputan6.com, Jakarta Agar terlindung dari paparan COVID-19, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan. Cara ini sebagai langkah preventif dalam lingkup internal tenaga kesehatan.
"Di dalam internal kami, diharapkan tenaga kesehatan tetap meningkatkan kewaspadaan," kata Wakil Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Senin (18/1/2021).
"Caranya, tidak menurunkan level pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), tetap sesuai ketentuan yang ada di dalam buku pedoman standar. Intinya, peningkatan disiplin dan kepatuhan memakai APD sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)."
Advertisement
Upaya preventif mematuhi protokol kesehatan, lanjut Adib sebagaimana termaktub pada buku pedoman standar perlindungan dokter. Buku pedoman ini sebagai dasar untuk pelayanan di era pandemi COVID-19.
"Apa yang ada di dalam buku itu terkait masalah standar (penggunaan) APD, pelayanan, tata kelola ruang. Yang juga ditulis dalam buku juga soal bagaimana mereka (tenaga kesehatan) harus restriksi, isolasi mandiri atau kapan dia membagi pekerjaan, sudah ada di bukunya," lanjut Adib.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Hotline untuk Tenaga Kesehatan yang Terpapar COVID-19
Adib melanjutkan, upaya kuratif secara internal juga dilakukan untuk tenaga kesehatan, terlebih lagi saat mereka terinfeksi COVID-19.
"Tim Mitigasi PB IDI membuat hotline di tingkat pengurus pusat, wilayah cabang perhimpunan, sehingga kalau ada anggota terpapar, kemudian bisa dilaporkan dan dilakukan upaya pengobatan dan penyembuhan, termasuk kebutuhan obat, alat kesehatan, dan dukungan keluarga," ujar Adib yang juga Ketua Tim Mitigasi PB IDI.
Pada 15 Januari 2021, Pusara Digital LaporCovid19 mencatat, ada 620 tenaga kesehatan yang gugur akibat terpapar COVID-19. Tenaga kesehatan tersebut meliputi dokter, perawat, bidan, apoteker, Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM), rekam radiografer, dan tenaga kesehatan lainnya.
Data LaporCovid-19 juga menunjukkan, dokter adalah tenaga kesehatan yang paling banyak gugur akibat COVID-19. Sudah ada 267 dokter, disusul perawat 199 orang, dan bidan 83 orang. Apabila dilihat dari tempat tenaga kesehatan bekerja, tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit paling banyak meninggal, yakni 280 orang.
kemudian tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas sebanyak 108 dan universitas sebanyak 38 orang. Risiko kematian yang cukup tinggi juga dialami oleh tenaga kesehatan yang bekerja di klinik dan praktik mandiri, total kematian 53 orang.
Advertisement