Prevalensi Rabun Jauh Meningkat, JEC Luncurkan Sentra Layanan Mata Miopi

Miopi adalah penyakit kronik dan progresif.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 14:00 WIB
Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), Ketua Layanan JEC Myopia Control Care
Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) selaku Ketua Layanan JEC Myopia Control Care dalam media launch “The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia” yang berlangsung secara daring. (Foto: JEC)

Liputan6.com, Jakarta - WHO memprediksi setengah penduduk dunia pada 2050 menderita miopi atau rabun jauh. Prevalensi yang terus meningkat ini melatarbelakangi diluncurkannya sentra layanan komprehensif mata minus Jakarta Eye Center (JEC).

“Jika tidak segera diatasi, miopia bisa menyebabkan komplikasi berupa mata malas, katarak glaukoma, kelainan retina, bahkan kebutaan,” kata Ketua Layanan JEC Myopia Control Care dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) dalam media launch “The First Comprehensive Myopia Management in Indonesia” secara daring pada Selasa (23/02/2021). 

Gede menyebut, miopia dapat terjadi karena faktor genetik dan gaya hidup. Kasus rabun jauh kerap terjadi pada anak-anak.

“Situasi pandemi saat ini turut andil meningkatkan kasus miopia, termasuk pada anak-anak,” ungkapnya. 

Ia menambahkan sebuah studi yang dilakukan di China memperlihatkan bahwa selama 2020, anak usia 6-8 tahun ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan FKUI RSCM pun menunjukkan adanya peningkatan screen time rata-rata 11.6 jam per hari. 

Dr. Gede mengatakan miopi adalah penyakit kronik dan progresif. Kacamata minus yang dipakai untuk membantu penglihatan dapat bertambah seiring dengan progresifitas yang terjadi.

“Miopi biasanya mulai (terjadi) pada usia 4 sampai 6 tahun, kemudian ini akan tetap berjalan dan kecepatan yang tertinggi pada usia 8 sampai 15 tahun,” jelasnya.

Myopia progression ini biasanya lebih cepat pada anak usia muda, dan kecepatannya akan menurun saat usia dewasa,” tambah dr. Gede.

Kendati miopi umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dr. Gede mengatakan semua kalangan usia berpotensi menderita miopi, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala dalam 6 sampai 12 bulan.

 

 

Simak Juga Video Berikut Ini

Pertama di Indonesia

JEC Myopia Control Care merupakan sentra layanan khusus miopi pertama di Indonesia. Layanan ini menghadirkan penanganan mata minus secara menyeluruh berdasarkan kebutuhan pasien.

“Masyarakat bisa memperoleh perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi miopia yang diderita dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” jelas dr. Gede.

Layanan yang diluncurkan pada 1 Februari 2021 bertepatan dengan hari jadi JEC ke-37 ini tersedia di Rumah Sakit Mata JEC di Kedoya Jakarta Barat. Layanan terbaru JEC ini menawarkan pilihan tindakan perawatan dan penanganan miopia yang ekstensif, dari terapi hingga tindakan koreksi berbasis laser (lasik). 

 

(Abel Pramudya Nugrahadi)

Infografis

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya