Satgas: Ujung Tombak Penanganan COVID-19 Adalah Masyarakat, Dokter Benteng Terakhir

Doni mengatakan, dokter memang ujung tombak dalam penanganan pasien COVID-19, namun menurutnya, dokter harus menjadi benteng terakhir bangsa dalam melawan pandemi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Feb 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2021, 10:00 WIB
Doni Monardo
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo apresiasi Kodam III/Siliwangi yang izinkan penggunaan fasilitas milik TNI rawat pasien COVID-19 di Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi, Bandung, Senin (28/12/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencanana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan bahwa dokter memang ujung tombak dalam penanganan pasien terinfeksi virus corona. Namun menurutnya, mereka seharusnya jadi benteng terakhir dalam menghadapi pandemi.

"Alangkah baiknya ujung tombaknya kita serahkan ke masyarakat," kata Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo pada  Launching Buku Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era COVID-19 Edisi ke-2 secara virtual pada Kamis (25/2/2021) kemarin.

"Walaupun dokter sendiri betul sebagai ujung tombak dalam penanganan COVID ini, tetapi yang harus kita lakukan bersama, dokter harus menjadi benteng terakhir bangsa kita," kata Doni.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu mengatakan, penanganan pandemi di Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan dokter semata.

Menurutnya, pencegahan COVID-19 dengan protokol kesehatan di masyarakat harus bisa dilakukan dengan optimal untuk menurunkan kasus infeksi virus corona di Indonesia.

"Kalau kita belum optimal dalam upaya pencegahan dan juga (belum) melibatkan para dokter dalam kampanye protokol 3M, mungkin kasus di Tanah Air kita akan semakin tinggi," kata Doni, yang baru-baru ini juga dinyatakan sembuh dari COVID-19

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita. 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

1.831 Dokter Positif Corona

Kesiapan RS Pertamina Jaya
Tim dokter melakukan pengecekan alat ventilator di ruang ICU RS Pertamina Jaya, Jakarta, Senin (6/4/2020). Secara keseluruhan RSPJ memiliki kapasitas 160 tempat tidur dengan 65 kamar isolasi dengan negative pressure untuk merawat pasien yang positif Corona. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pada kesempatan tersebut, Doni menyebut bahwa jumlah dokter dan tenaga kesehatan yang gugur di Indonesia akibat COVID-19, merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

"Indonesia menjadi salah satu negara dengan peringkat gugur, atau korban, dari dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang terbesar atau tertinggi di dunia, nomor urut kelima secara persentase," kata Doni.

Doni mengatakan, sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk mencari cara yang terbaik demi mengurangi risiko dan mencegah dokter terinfeksi virus corona.

Di kegiatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, menurut data Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia, per 10 Februari 2021, ada 1.831 dokter terkonfirmasi positif COVID-19.

"Dari 1.831 tersebut, teman-teman kita, 17 persen di antaranya wafat," kata Dante.

Ia menyebut, selain upaya 3T di masyarakat dan vaksinasi, perlindungan dokter juga harus mencakup perlindungan di tempat kerja, secara hukum dan sosial, serta dari perilaku-perilaku buruk di lingkungannya dan media sosial.

"Sehingga perlindungan para dokter tidak cukup melakukan perlindungan dari infeksi di tempat kerja saja, tetapi perlindungan hukum, sosial, dan perilaku juga penting dalam perlindungan tenaga kesehatan secara komprehensif."

Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19

Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Saran Dokter untuk Penyintas Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya