Jumlah Sampah Melonjak Selama Pandemi COVID-19, Ini Beberapa Penyebabnya

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat selama pandemi COVID-19 menjadi faktor meningkatnya jumlah sampah di Indonesia

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2021, 09:00 WIB
Limbah medis
Beberapa petugas sibuk mengumpulkan berbagai sampel limbah medis di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Desa Panguragan Wetan, Kabupaten Cirebon, Jabar. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sinta Saptarina mengatakan, terjadi peningkatkan jumlah sampah selama pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Apa penyebabnya?

Sinta menyebut, faktor masyarakat yang lebih sering menghabiskan waktu di rumah saat pandemi COVID-19 jadi penyebab meningkatnya jumlah sampah.

"Peningkatan sampah rumah akibat dari kebijakan work from home dan sekolah jarak jauh," ujar Sinta dalam diskusi virtual bertajuk Peduli Limbah Medis yang digelar pada Senin (15/02/2021).

Selain itu, meningkatnya kebiasaan masyarakat yang gemar berbelanja secara online saat pandemi COVID-19 disebut Sinta juga turut berdampak pada peningkatan jumlah sampah.

Jenis sampah plastik, kardus, styrofoam, dan sampah dari bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membungkus paket lainnya, meningkat hingga 27 sampai 36 persen.

Maka dari itu, Sinta meminta adanya peran aktif dari produsen dan pelaku usaha dalam upaya pengurangan sampah kemasan, bungkus, wadah, dan wrapping plastic dalam kegiatan penjualan online.

Selain sampah-sampah tersebut, Sinta juga menjelaskan limbah medis, terutama yang berkaitan dengan COVID-19 turut meningkat. Peningkatan mencapai kurang lebih 30 persen, dan angkanya masih terus meningkat

 

Pengolahan Limbah Medis Harus Tepat

LIMBAH B3 MEDIS INFEKSIUS COVID-19
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan pada "Wheeled Bin" atau tempat sampah berisi limbah B3 medis Infeksius Covid-19 usai dimusnahkan dengan mesin incinerator di PT Jasa Medivest, Karawang, Jawa Barat, Kamis (10/12/2020). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin, Prof Dr Anwar Daud menjelaskan, pengolahan dan pemusnahan limbah medis, terutama yang berasal dari rumah tangga, harus dilakukan dengan tepat.

Jika tidak, Anwar mengatakan, bukan tidak mungkin virus pada limbah tersebut menginfeksi orang-orang yang menyentuhnya.

Langkah pertama, Anwar menyebut masyarakat harus melakukan pemilahan antara limbah domestik dengan limbah medis. "Limbah domestik yaitu sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga," jelasnya.

"Sedangkan limbah medis yaitu limbah dari orang yang diwajibkan melakukan karantina di rumah dapat berupa limbah tisue, masker, sapu tangan, kaos tangan, kain sekali pakai, dan APD lainnya," tambahnya.

Untuk limbah masker, Anwar menganjurkan dilakukan disinfeksi terlebih dahulu, dengan cara merendam masker tersebut ke dalam larutan disinfektan.

"Kemudian dilakukan perubahan bentuk seperti digunting kainnya atau talinya, atau dirobek. Hal ini dilakukan untuk mencegah digunakan ulang," jelasnya.

 

(Penulis: Rizki Febianto)

Infografis Jurus Kelola Sampah ala Risma

Infografis Jurus Kelola Sampah ala Risma
Infografis Jurus Kelola Sampah ala Risma (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya