Wamenkes: Vaksinasi COVID-19 Bisa Gagal Jika Testing dan Tracing Tidak Kuat

Wamenkes mengatakan, proses vaksinasi COVID-19 bisa berhasil apabila pelaksanaannya dilakukan dengan kurva kasus yang sudah merata

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Mar 2021, 15:33 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 15:32 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono berbicara soal kunci kesuksesan vaksinasi COVID-19. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, program vaksinasi COVID-19 akan gagal apabila tidak ada penguatan testing atau pemeriksaan, serta tracing atau pelacakan kasus virus Corona.

Dante mengatakan, pekerjaan yang masih harus dilakukan dari sisi testing dimaksudkan agar pemeriksaan virus Corona bisa dilakukan dengan baik, memiliki validitas yang tinggi, serta sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah proses tracing. Proses ini lebih penting dari proses vaksinasi, karena akan memperkuat sistem hulu, di mana masyarakat itu akan dicari, bukan ditunggu untuk didiagnosis sebagai COVID-19," kata Dante dalam peringatan Setahun COVID-19 di Indonesia.

Untuk meningkatkan tracing, pemerintah akan memperkuat puskesmas sebagai sektor strategis yang paling dekat dengan masyarakat. Selain itu, lebih banyak tenaga akan dikerahkan, termasuk Babinsa, Bhabinkamtibnas, serta kader-kader puskesmas.

Menurut Dante, dikutip dari siaran Youtube Kemenristek/BRIN pada Selasa (2/3/2021), dengan mengetahui kontak erat dari pasien terinfeksi virus Corona, yang positif COVID-19 dan belum mengalami gejala berat, maka angka kematian bisa berkurang.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Dampak Testing dan Tracing pada Vaksinasi

Melihat Posko COVID-19 Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Stigma pasien COVID-19 juga dinilai menjadi tantangan dalam pelaksanaan tracing. Dante mengatakan bahwa hal ini juga harus diubah dengan promosi dan edukasi kepada masyarakat.

"Sehingga masyarakat bisa lebih mengerti, bahwa kebersamaan untuk mengetahui diagnosis dini, adalah proses yang akan menuntun kita pada keluarnya kita dari masa pandemi."

Selain itu, Dante menyebut bahwa apabila penelusuran kontak dan pemeriksaan atau testing tidak diperkuat, maka dampaknya adalah pada program vaksinasi.

Dante mengatakan, vaksinasi merupakan salah satu jembatan antara 3M yang diterapkan di masyarakat dan 3T yang dilakukan pemerintah.

"Vaksinasi ini akan gagal kalau proses tracing dan testing-nya tidak kuat," kata dokter spesialis penyakit dalam, yang juga pakar diabetes molekuler tersebut.

"Proses vaksinasi itu akan sukses apabila kita masuk proses vaksinasi itu pada saat kita masuk flattening the curve (meratakan kurva)," kata Wamenkes. Untuk itu, di sini dibutuhkan testing dan tracing yang kuat di masyarakat.

"Kalau itu bisa berjalan, maka proses pandemi yang ada sekarang, dilakukan menggunakan vaksinasi, akan menjadi endemi, kejadian lokal. Kalau endemi terjadi, maka akan terjadi eradikasi atau pemberantasan penyakit."

Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19

Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gerakan 3T dan Jurus Jitu Landaikan Kasus Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya