3 Jenis Penyakit Autoimun Kulit yang Kerap Muncul Saat Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 juga menyebabkan terjadinya penyakit autoimun kulit

oleh Diviya Agatha diperbarui 04 Nov 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 10:00 WIB
Kenali 3 Jenis Penyakit Autoimun Kulit yang Kerap Muncul Selama Pandemi Covid-19
Berikut 3 jenis penyakut autoimun yang kerap muncul selama pandemi Covid-19. (pexels/armin rimoldi).

Liputan6.com, Jakarta Autoimun kulit merupakan penyakit yang biasa ditandai dengan munculnya bercak berwarna merah atau putih pada permukaan kulit, rambut, ataupun kuku. Penyakit satu ini juga memiliki beragam jenis, yang ternyata tiga di antaranya lebih sering muncul saat pandemi COVID-19 berlangsung.

"Tiga penyakit autoimun kulit yang kerap muncul selama masa pandemi ini adalah psoriasis, vitiligo, dan urtikaria," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin Amelia Soebyanto dalam acara daring bertema Kenali Autoimun Kulit yang Kerap Muncul Selama Pandemi bersama Klinik Pramudia, Rabu (3/11/21).

Amelia mengungkapkan bahwa psoriasis merupakan penyakit peradangan kulit kronik yang sering kambuh dan dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Tak hanya itu, Psoriasis juga dapat terjadi pada semua kelompok usia terutama 15-30 tahun dan 50-60 tahun.

Sedangkan, vitiligo sendiri merupakan kelainan kulit berupa bercak putih seperti kapur, yang terkadang disertai oleh gatal. Vitiligo dapat terjadi pada segala usia, tapi sekitar 50 persen kasus terjadi sebelum usia 20 tahun dan prevalensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.

"Ketiga itu urtikaria, merupakan kondisi di mana terdapat lesi pada kulit yang meninggi dan gatal. Umumnya, lesi tersebut berwarna merah, dan terasa gatal hingga perih," kata Amelia.

Penyakit autoimun kulit sendiri dapat disebabkan dua hal yakni internal dan eksternal. Secara internal, autoimun kulit bisa terjadi karena faktor genetik. Artinya, kondisi satu ini kemungkinan bisa merupakan turunan dari keluarga.

"Bila memang memiliki penyakit autoimun, besar kemungkinannya diturunkan di keluarga. Tapi tidak selalu, tidak 100 persen juga pasti menderita penyakit autoimun kalau punya keluarga yang positif autoimun," ujar Amelia.

Sedangkan dari faktor eksternal, autoimun kulit dapat disebabkan lingkungan seperti infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas, dan paparan sinar UV yang berlebihan.

Tidak menular

Dalam kesempatan yang sama, Amelia pun turut menjelaskan bahwa penyakit autoimun kulit bukanlah penyakit menular. Sehingga, stigma buruk yang diberikan pada pasien autoimun kulit seharusnya tidak dilakukan.

"Selain edukasi kepada pasien, ini juga penting untuk masyarakat tahu bahwa penyakit-penyakit autoimun termasuk diantaranya psoriasis, vitiligo, maupun urtikaria itu tidak menular. Jadi jangan menjauhkan diri dari mereka karena dengan stigma sosial itu sendiri akan memperparah kondisi penyakit autoimun kulit yang diderita oleh pasien itu sendiri,"

"Penting untuk keluarga, teman-teman dekat, dan masyarakat mengerti bahwa ini penyakit kronis jangka panjang, yang kambuh-kambuhan. Tapi tidaklah menular," ujar Amelia.

Amelia menambahkan, adanya stres yang tinggi terutama selama masa pandemi membuat penyakit autoimun kulit menjadi lebih sering kambuh. Bahkan, kekambuhan yang muncul menjadi lebih berat dari biasanya.

"Sehingga manajemen stres yang baik juga berperan penting dalam membantu mengendalikan penyakit autoimun kulit ini,” jelasnya.

Infografis

Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan
Infografis Harga Mati DISIPLIN Protokol Kesehatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya