Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis bedah ortopedi di RS Umum Al-Fauzan, Jakarta Timur, Basuki Supartono mengatakan bahwa saraf kejepit dan pengapuran sendi bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Maka dari itu, ia menyampaikan tiga kiat agar terhindar dari dua kondisi tersebut. Ketiga kiat tersebut termasuk dalam gaya hidup sehat yakni terkait pola pikir positif, tidur cukup, dan makan sehat dibarengi latihan fisik.
“Pertama terapkan pola hidup sehat dengan cara berpikir yang sehat, tidak stres,” kata Basuki kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon ditulis Jumat (5/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Berpikir positif dan selalu optimis dapat menyehatkan tubuh. Pasalnya, endorphin keluar ketika keadaan hati gembira dan ceria.
“Endorfin ini bisa membantu penyembuhan, tapi kalau stres yang keluar malah hormon-hormon negatif yang bisa merusak struktur jaringan tubuh,” tambahnya.
Tidur Cukup
Selain berpikir positif, pola hidup sehat juga dapat dijalani dengan tidur yang cukup. Sebaiknya, lanjut Basuki, tidur tidak lebih dari pukul 22.00.
Alasannya, di atas pukul 22.00 hingga pukul 02.00 dini hari adalah waktunya agen-agen pertumbuhan dirilis oleh tubuh.
“Nah, kalau kita begadang agen-agen pertumbuhan itu keluarnya sedikit. Maka dari itu begadang tuh enggak bagus buat kesehatan.”
Advertisement
Makan Sehat dan Latihan Fisik
Pola pikir dan pola tidur yang baik perlu dibarengi dengan pola makan yang sehat pula.
“Jangan lupa pola makan sehat, usahakan berat badan tubuhnya ideal. Lakukan juga latihan yang cukup.”
Gerak tubuh penting dilakukan untuk pertumbuhan. Pasalnya, untuk regenerasi jaringan dibutuhkan gerak tubuh terutama gerakan yang melawan gravitasi seperti olahraga aerobik.
“Cegah juga faktor risikonya seperti kegemukan, mengangkat beban terlalu berat, narkoba, dan rokok.”
Sebelumnya, ia menjelaskan bahwa pengapuran dan saraf kejepit adalah dua konsep berbeda. Pengapuran adalah kondisi terkait dengan kerusakan lapisan tulang rawan sendi. Sedangkan saraf kejepit terkait jaringan saraf yang terjepit akibat penekanan oleh struktur jaringan tubuh yang lain.
“Pengapuran itu konsep, saraf kejepit juga konsep. Ini tergantung lokasinya, kalau pengapuran berkaitan dengan sendi jadi bisa terjadi di setiap sendi tidak hanya di lutut,” kata Basuki.
Pengapuran bisa terjadi secara primer dan sekunder. Pengapuran primer dapat terjadi karena faktor usia, sehingga banyak pasien pengapuran sendi adalah lanjut usia (lansia). Sedang, pengapuran sekunder bisa diakibatkan obesitas atau trauma berulang.
Jika pengapuran terjadi di lutut maka disebut pengapuran sendi lutut, jika terjadi di tulang belakang maka disebut pengapuran sendi tulang belakang.
Sedang, saraf kejepit hanya terjadi di daerah yang ada sarafnya. Salah satu lokasi yang sering terjadi saraf kejepit adalah tulang belakang.
“Saraf kejepit di tulang belakang hampir dipastikan tidak ada hubungannya dengan lutut. Saraf kejepit dan pengapuran bisa terjadi di tulang belakang karena di tulang belakang ada saraf dan sendi.”
Dari sisi usia, kelompok yang lebih muda biasanya cenderung mengalami saraf kejepit bukan pengapuran.
Hal ini juga dapat dipicu dua penyebab yakni primer dan sekunder. Saraf kejepit primer bisa karena faktor usia (penuaan). Namun, kebanyakan saraf kejepit terjadi karena faktor sekunder seperti jatuh dan mengangkat beban berat dengan postur yang keliru.
Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar
Advertisement