Komitmen 47 Negara Kembangkan Sistem Kesehatan Tahan Iklim

Indonesia dan 46 negara lain telah berkomitmen untuk mengembangkan sistem kesehatan yang tahan terhadap iklim dan rendah karbon pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Scotlandia (COP26).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Nov 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 16:00 WIB
Presiden Jokowi saat berbicara dalam KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).
Presiden Jokowi saat berbicara dalam KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021). (Foto Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan 46 negara lain telah berkomitmen untuk mengembangkan sistem kesehatan yang tahan terhadap iklim dan rendah karbon pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Scotlandia (COP26).

Ini dilakukan sebagai tanggapan atas bukti yang berkembang tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.

Sebanyak 42 negara telah berkomitmen untuk mengubah sistem kesehatan mereka menjadi lebih berkelanjutan dan rendah karbon. 12 di antaranya telah menetapkan tanggal target untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada atau sebelum 2050.

Komitmen tersebut dibuat sebagai bagian dari Program Kesehatan COP26, kemitraan antara pemerintah Inggris, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Juara Iklim Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan kelompok kesehatan, seperti Health Care Without Harm.

“Masa depan kesehatan harus dibangun di atas sistem kesehatan yang tahan terhadap dampak epidemi, pandemi, dan keadaan darurat lainnya, juga terhadap dampak perubahan iklim,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam keterangan pers Senin (8/11/2021)

Perubahan iklim termasuk pula peristiwa cuaca ekstrem dan meningkatnya beban berbagai penyakit terkait polusi udara dan lingkungan.

Mengurangi Emisi Karbon

Tedros menambahkan, sistem kesehatan harus menjadi bagian dari solusi dengan mengurangi emisi karbon.

“Kami memuji negara-negara yang telah berkomitmen untuk membangun sistem kesehatan yang tahan iklim dan rendah karbon dan kami berharap dapat melihat banyak negara lain mengikuti jejak mereka dalam waktu dekat.”

Negara-negara yang telah berkomitmen untuk mencapai sistem kesehatan yang rendah karbon dan berkelanjutan termasuk Argentina, Fiji, Malawi, Spanyol, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan 36 lainnya.

Negara-negara yang telah berkomitmen untuk meningkatkan ketahanan iklim sistem kesehatan mereka termasuk Bangladesh, Ethiopia, Maladewa, Belanda, dan 42 lainnya.

Contoh Penanganan Masalah Iklim

Salah satu contoh penanganan iklim dilontarkan oleh Pemerintah Fiji. Negara tersebut menghadapi peningkatan angin topan, banjir bandang, dan naiknya permukaan laut yang menyebabkan kekurangan air minum akibat intrusi air asin.

Untuk itu, penanganan yang dilakukan adalah membangun infrastruktur kesehatan yang lebih tahan iklim, memperkuat tenaga kerja kesehatan, dan menyediakan layanan kesehatan serta fasilitas perawatan dengan layanan energi berkelanjutan.

“Pesan dari WHO dan profesional kesehatan di seluruh dunia jelas: perubahan iklim adalah tantangan kesehatan yang sangat besar dan kita perlu bertindak sekarang,” kata Wendy Morton, Menteri Eropa dan Amerika, di Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris.

“Saya sangat senang melihat begitu banyak negara memprioritaskan masalah ini melalui Program Kesehatan COP26 dan tingkat ambisi mereka,” tambahnya.

Kepemimpinan yang kuat dari sektor kesehatan sangat penting untuk memastikan semua negara melindungi populasi dari dampak perubahan iklim. Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan ketahanan iklim sistem kesehatan dan mengurangi emisi dari sektor kesehatan, pungkasnya.

Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya?

Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya