Liputan6.com, Jakarta Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan bahwa keganasan COVID-19 varian Delta Plus AY.4.2 belum bisa digambarkan karena belum terdeteksi di Indonesia.
“Saat ini karena belum ada di Indonesia, kita tidak bisa menggambarkan data seperti itu. Namun, jika dilihat dari varian Delta pada umumnya, yang terjadi di luar (negeri) itu tidak terjadi di Indonesia,” ujar Amin kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Kamis (11/11/2021).
Artinya, lanjut Amin, tidak semua infeksi COVID-19 yang diakibatkan varian Delta itu berat dan tidak semua yang berat itu karena Delta.
Advertisement
Baca Juga
Dengan kata lain, Amin berpendapat bahwa jika Delta Plus disebut lebih ganas di negara lain, hal ini belum tentu sama jika virus tersebut ada di Indonesia.
“Varian ini dikhawatirkan lebih cepat menular 10 persen ketimbang Delta lainnya, tapi sekali lagi itu tidak selalu dikaitkan dengan berat ringannya kasus,” katanya.
“Karena belum ada di Indonesia, kita belum mengetahui bagaimana perangai varian itu di masyarakat," ujarnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Pengaruh Terhadap Molnuvirapir dan Vaksin
Sedang, terkait pengaruh Delta Plus terhadap obat molnupiravir, Amin mengatakan bahwa belum ada data yang cukup banyak untuk menyimpulkan pengaruhnya.
“Terhadap molnuvirapir belum ada data yang cukup banyak karena itu obat baru dan belum pernah dipakai di Indonesia.”
“Kalau terkait vaksin, seperti varian Delta, dikhawatirkan terjadi penurunan efikasi, tapi itu kan di luar negeri, di Indonesia kita belum tahu.”
Advertisement
Langkah Antisipasi
Seperti disampaikan Amin sebelumnya, varian Delta Plus belum terdeteksi di Indonesia.
“Sejauh ini belum ditemukan di Indonesia, ya kita tidak bisa menduga-duga.”
Sedang, untuk antisipasi masuknya varian tersebut ke Indonesia, maka penjagaan pintu-pintu masuk dari luar negeri harus dilakukan, lanjutnya.
“Kita tidak tahu dari mana saja yang membawa virus, yang pasti yang harus dilakukan ya sama seperti penanganan pada COVID-19 varian lain. Misalnya seperti PCR, karena kita tidak tahu varian jenis apa yang dibawa seseorang,” pungkasnya.
Infografis COVID-19 Delta Plus Merebak
Advertisement