Liputan6.com, Jakarta - Setiap orangtua tentu ingin melindungi dan memastikan semua urusan anaknya berjalan dengan baik. Namun, jika upaya melindungi tersebut berlebihan atau dalam biasa dikenal dengan helicopter parenting, justru dampak buruk yang akan didapat.
Dikutip dari Parents.com pada Sabtu, 13 November 2021, selain disebut dengan helicopter parenting, pola asuh semacam ini dikenal juga dengan overprotective parenting.
Baca Juga
Pola asuh helicopter parenting mengacu pada gaya orang tua yang terlalu fokus pada anak-anak mereka. Mereka bahkan mungkin menunda tujuan pribadi dan aspirasi karier mereka demi apa yang mereka pikir dibutuhkan anak-anak mereka.
Advertisement
Mereka biasanya mengambil terlalu banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anak mereka, khususnya keberhasilan atau kegagalan mereka, jelas Carolyn Daitch Ph.D, direktur Pusat Perawatan Gangguan Kecemasan di Detroit.
Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh Helikopter
Sebenarnya, pola pengasuhan helikopter tidak semuanya buruk. Terkadang anak-anak dari orang tua seperti ini lebih bisa diandalkan dalam datang tepat waktu, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan bersiap untuk kegiatan mereka.
Demikian juga, orang tua yang menganut helicopter parenting cenderung sangat sadar dengan siapa anak mereka dan bagaimana prestasi anak mereka di sekolah. Dan, jika anak mereka mengalami kesulitan di sekolah atau nilainya menurun, mereka akan melakukan apa yang mereka bisa untuk mendukungnya.
Hal yang sama berlaku untuk penyakit, masalah intimidasi, atau bahkan masalah kesehatan mental pada anak. Orang tua model begini akan bekerja tanpa lelah untuk memastikan masalah ini ditangani.
Namun, meski mungkin memiliki niat baik, terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak bisa berbahaya. Anak-anak bisa mulai merasa tercekik, apatis, bahkan memiliki masalah dengan perkembangan mereka.
Advertisement
Dampak Pola Asuh Helikopter pada Anak
Melansir Verywell Family, helicopter parenting lebih banyak memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak, diantaranya:
1. Jadi Penakut dan Tidak Percaya Diri
Orangtua yang selalu takut dan khawatir berlebihan, dapat membuat anak juga memiliki ketakutan yang sama. Keterlibatan orangtua dalam segala hal yang dilakukan anak bisa menjadikan anak takut untuk melakukan hal-hal tanpa pengawasan dari orangtua.
Mereka akan tumbuh jadi pribadi yang berkecil hati, tidak percaya diri, takut mengambil risiko, dan tidak punya inisiatif.
2. Tidak Bisa Menyelesaikan Masalahnya Sendiri
Helicopter parenting membuat anak menjadi ketergantungan dan tidak dapat menghadapi masalahnya sendiri. Hal ini karena orangtua selalu ikut campur dalam setiap tantangan yang dihadapi anak, sehingga keputusan yang diambil selalu bergantung kepada orangtua.
Akibatnya, anak akan selalu mengandalkan orangtua dalam menentukan atau menyelesaikan sesuatu.
Â
Dampak Pola Asuh Helikopter pada Anak
3. Mudah Berbohong
Sikap orangtua yang terlalu mengekang bisa mendorong anak untuk berbohong. Pasalnya, anak juga butuh ruang gerak yang cukup untuk mengembangkan diri. Jika ruang gerak itu dibatasi, anak akan mencari celah dan akhirnya sering berbohong supaya bisa lolos dari kekangan orangtua.
4. Muda Stres dan Cemas
Berdasakan survei oleh Center for Collegiate Mental Health Pennsylvania State University, gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering dialami mahasiswa. Dan, salah satu penyebabnya karena pola asuh orangtua yang selalu mengawasi berlebihan semua kegiatan akademis dan non-akademis anak.
Meski anak tidak melakukan kesalahan apa pun, diawasi berlebihan dan tanpa henti bisa membuat anak jadi cemas, karena jadi takut melakukan kesalahan.
Â
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement