Jangan Dipaksa atau Diomeli, Lakukan Ini pada Anak yang Takut Disuntik

Bagi sejumlah orangtua, vaksinasi mungkin menimbulkan kekhawatiran karena ada yang anaknya takut disuntik.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 14 Des 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2021, 08:00 WIB
Bolivia Suntikkan Vaksin COVID-19 pada Anak Usia 5-11 Tahun
Seorang anak menangis saat akan disuntik vaksin covid-19 Sinopharm di La Paz, Bolivia, Kamis (9/12/2021). Presiden Bolivia Luis Arce mengizinkan vaksinasi anak berusia antara 5 hingga 11 tahun untuk menekan laju peningkatan infeksi COVID-19 di negara itu. (AP Photo/Juan Karita)

Liputan6.com, Jakarta Vaksinasi anak usia 6-11 tahun akan dimulai besok. Segala persiapan telah dilakukan baik dari pemerintah maupun sekolah. Namun bagi sejumlah orangtua, vaksinasi mungkin menimbulkan kekhawatiran karena ada yang anaknya takut disuntik.

Ketua Ikatan Psikologis Klinis Indonesia Wilayah DKI Jakarta Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Psi., Psi membenarkan bahwa sebagian orangtua kerap kali bertanya bagaimana menangani anak yang takut disuntik. Padahal ketakutan akan sesuatu termasuk disuntik ini adalah hal wajar.

"Takut disuntik itu relatif wajar. Persentasenya itu bisa sekitar 60% jadi ya wajar aja gitu kalau anak kita takut disuntik orang dewasa juga bisa takut disuntik kan," katanya, dalam webinar, ditulis Selasa (14/12/2021).

Namun, kata Nina, yang perlu dicek lebih lanjut apakah takutnya itu sampai mendalam hingga menjadi phobia misalnya. Sebab tidak banyak yang mengalami sampai phobia tidak sampai sekitar 10%. Karena phobia itu itu jauh lebih besar daripada sekadar takut .

"Ketika seorang anak takut, ada reaksi tubuh seperti napas terengah-engah, detak jantung lebih cepat, pembuluh darah tepi menyempit serta otot seringkali menegang. Ketika reaksi tubuh seperti ini muncul, seringkali disertai reaksi psikis yang disebut fight reaction dan flight reaction," katanya.

Fight reaction, lanjut Nina, adalah ketika seorang mau melawan, menghatam saat menghadapi rasa takut. Ada juga flight reaction yang menunjukkan dia mau kabur. "Ketika seseorang yang punya reaksi tubuh seperti ini, lalu disuntik, bayangkan otot tegang disuntik jadi sakit."

"Anak yang mengalami ketakutan kalau dia disuntik bisa jadi tidak percaya pada orang disekitarnya, termasuk orangtuanya. Kenapa aku disakiti, kenapa disuntik secara mendadak. Hal terburuk, anak ini rentan mengalami masalah psikologis," jelasnya.

Untuk itu, penting sekali bagi orangtua untuk menjaga supaya reaksi tubuh dan psikis anak agar lebih tenang dulu sebelum diberi suntikan.

 

Simak Video Berikut Ini:

Peran orangtua

Menurut Nina, dalam hal ini peran orangtua dan sekolah sangat penting. Bagi orangtua, penting untuk melakukan hal berikut:

1. Menenangkan

"Ketika anaknya lagi takut, jangan diomelin atau kemudian diancam. Jangan pula berbohong bahwa disuntik itu tidak sakit, rasanya seperti digigit semut. Digigit semut itu sakit. Lebih baik bilang, sakit si memang tapi cuma sebentar kok," kata Nina.

2. Mempersiapkan

Orangtua bisa mempersiapkan anak untuk lebih tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sebelum disunti. "Di usia 6-12 tahun, anak sudah bisa diajak ngobrol untuk bisa dipersiapkan suntik vaksin. Misalnya dengan baca buku, nonton film, diajak bicara dan sebagainya," ujar Nina.

3. Apresiasi

Mengapresiasi anak ketika dia sudah bersedia disuntik. "Ketika anak sudah mau disuntik, jangan diamkan anak ya, misalnya banyak orangtua ni justru bilang ayo kamu mau makan apa. Bukan begitu ya. Tapi tanya pengalamannya, validasi emosinya," ujar Nina.

Selain itu, beri apresiasi pujian juga termasuk kewajibannya dikurangi. Contohnya anak usia 6 sampai 11 tahun biasanya banyak les. "Karena hari ini kamu vaksin, boleh deh kamu Off dulu les itu. Jadi kamu bisa istirahat dulu jadi dia lebih lega."

"Strategi tambahan yang bisa dilakukan orangtua adalah mengajari anak bernapas dalam, menghitung napas dan menyadari napas," ujar Nina.

Kemudian anak bisa diajak melihat tangga ketakutan. "Misalnya nilai 5 untuk terima suntikan, 4 sentuh jarum, 3 lihat orang disuntik, 2 dengar penjelasan suntikan, 1 lihat gambar suntikan," katanya.

Jadi anak bisa diajak berdiskusi, "Mana yang menurut kamu paling menakutkan dan yang paling berani  misalnya poin berapa, nanti secara bertahap ajak anak seperti mulai dari membiasakan diri dari yang mudah ia jalani, contohnya melihat gambar suntikan lalu melihat orang disuntik dan sebagainya."

Selanjutnya, anak juga boleh dibiarkan terdistrasi dengan diajak ngobrol, atau sambil bernyanyi, melihat badut, membuat origami, meniup balon. Ia juga boleh membawa benda yang membuatnya tenang. "Ada anak yang suka bawa boneka, dia boleh membawa boneka untuk membuatnya terdistrasi."

 

Peran sekolah

Jika kegiatan vaksinasi dilakukan di sekolah, para guru atau petugas bisa memberikan penyampaian penting kalau akan ada kegiatan vaksinasi.

"Misalnya ada satu sesi untuk menjelaskan kepada anak-anak nanti anak-anak akan divaksin ya. Nanti akan dilakukan adalah pertama dicek dulu berapa suhu tubuhnya, setelah itu nanti anak-anak akan dikasih ada bantalan di lengan itu artinya dicek tensinya. Dan sebagainya dijelaskan alurnya."

"Sekolah juga bisa membuat dekorasi sekolah yang menyenangkan, mengatur alur ruang vaksin agar lancar, memperbolehkan anak ditemani orangtua, guru bersikap ramah dan positif, ada guru yang menemani di ruang vaksin untuk mengobrol atau mendongeng, boleh memberikan reward," pungkas Nina.

 

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun?

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya