Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Terlebih SARS-CoV-2 atau Virus Corona yang jadi biang keladi pandemi dua tahun terakhir terus bermutasi.
Setelah Alpha, Beta, Gamma, Delta, sekarang seluruh dunia tengah berjibaku melawan Omicron. Varian COVID-19 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Baca Juga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 November 2021 menetapkan varian Omicron atau B.1.1.529 pada kelompok Variant of Concern.
Advertisement
Sejumlah pakar pun mengimbau masyarakat agar waspada terhadap Omicron. Bila dibanding Delta, Omicron memiliki kecepatan yang lebih besar untuk menularkan. Namun, tidak meningkatkan risiko keparahan sampai masuk rumah sakit.
Akan tetapi para pakar mengingatkan agar tidak meremehkan varian COVID-19 satu ini.
"Jangan meremehkan ancaman yang mengintai varian terbaru Omicron COVID-19. Saya mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan," kata Head of Medical Good Doctor Technology Indonesia, Dr Adhiatma Gunawan dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 14 Januari 2022.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin pada Senin, 10 Januari 2022 menyebut bahwa pasien COVID-19 Omicron tidak membutuhkan perawatan serius di rumah sakit.Â
Lantaran mayoritas pasien yang terkonfirmasi Varian Omicron bergejala ringan bahkan tak bergejala, cukup isolasi mandiri (isoman) di rumah. Nantinya para pasien akan diberikan vitamin maupun obat terapi tambahan yang telah diizinkan penggunaannya oleh pemerintah.
Oleh sebab, Kemenkes menggandeng 17 platform telemedicine guna memberikan jasa konsultasi dokter serta pengiriman obat secara gratis bagi pasien yang isoman.
Adhiatma, mengatakan, salah satu platform yang menyediakan jasa konsultasi dokter sampai mengirimkan obat bagi yang isoman guna memercepat proses kesembuhan adalah Good Doctor.
"Kabar baiknya, layanan telemedicine tersedia luas di Indonesia. Jangan menunggu sampai gejala memburuk, segera berkonsultasi dengan dokter di telemedicine yang tersedia setiap saat," katanya.
Â
Program Booster Vaksin Covid-19 di Indonesia, Siapa Duluan Dapat?
Penanganan Omicron Sama dengan Varian Lainnya
Dijelaskan Adhiatma bahwa penanganan Omicron masih sama dengan varian lainnya. Vaksinasi dan protokol kesehatan masih efektif mencegah penularan Omicron lebih lanjut.
Mengutip pernyataan di situs covid19.go.id, meskipun Amerika Serikat menyelesaikan cakupan vaksinasi dosis lengkap 61 persen dari populasinya, mereka masih mengalami peningkatan kasus positif dan angka kematian COVID-19.
Tren yang sama juga dialami Norwegia dengan coverage mencapai 71 persen. Bahkan, Korea Selatan dengan coverage sangat tinggi mencapai 92 persen.
Data tersebut, kata Adhiatma, menunjukkan, cakupan vaksinasi yang tinggi tidak dapat sepenuhnya mencegah penularan tanpa protokol kesehatan yang ketat.
Senada dengan pernyataan itu, Kepala Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic, Gregory Poland MD, mengatakan,"Kami sudah meneliti virus ini selama dua tahun. Sekarang yang menjadi perhatian kami adalah varian kelima. Hal ini akan terus terjadi sampai kami dapat meyakinkan publik --- dan ini adalah bukti nyata, sekali lagi --- bahwa sampai kita memakai masker di dalam ruangan, sampai kita divaksinasi dan di-booster, hal ini akan terus terjadi.".
Adhiatma kemudian menambahkan bahwa WHO juga merekomendasikan langkah paling efektif yang dapat dilakukan individu guna mengurangi penyebaran virus COVID-19 adalah dengan menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, memakai masker yang pas, buka jendela untuk meningkatkan ventilasi, hindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, menjaga tangan tetap bersih, batuk atau bersin ditutupi siku yang ditekuk atau tisu, dan divaksinasi.
Advertisement