[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Pandemi dan Endemi

Pada 2 Maret 2022 ini tepat 2 tahun kita menjalani masa pandemi COVID-19. Lalu, mulai ada pembicaraan tentang pandemi dan endemi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2022, 09:39 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2022, 09:39 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama. dok. pribadi

Liputan6.com, Jakarta - l Pada 2 Maret 2022 ini tepat dua tahun kita menjalani masa pandemi COVID-19, dan mulai ada pembicaraan tentang Pandemi dan Endemi.

Untuk ini ada lima hal yang perlu jadi perhatian:

1. Pandemi COVID-19 dinyatakan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) World Health Organization (WHO) pada 11 Maret 2020. Bila nanti Pandemi COVID-19 selesai maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi.

Hal ini sama dengan Pandemi H1N1 (2009) yang dinyatakan bermula pada 11 Juni 2009 oleh Dirjen WHO waktu itu. Dalam 1 tahun 2 bulan kemudian, pada 10 Agustus 2010 Dirjen WHO menyatakan dunia sudah memasuki masa pasca pandemi H1N1 (2009) ini, pandemi ketika itu resmi selesai. 

2. Masing-masing negara dapat saja membuat pernyataan bahwa mereka sudah dapat mengendalikan wabah COVID-19, atau sudah masuk dalam fase endemi. Tetapi, pernyataan satu dua atau bahkan beberapa negara bahwa negara mereka sudah endemi sama sekali tidak berarti pandemi sudah selesai. 

3. Untuk situasi COVID-19 sudah terkendali maka salah satunya adalah angka kepositifan (positivity rate) dibawah 5 persen. Data yang ada maka angka kepositifan pada 25 Februari 2022 adalah 17,93 persen. walaupun pada 26 Februari angkanya sudah menurun tapi masih cukup tinggi, yaitu 15,91 persen, cukup jauh di atas batas 5 persen yang kita kehendaki bersama. 

4. Indikator lain adalah angka reproduksi efektif (effective reproduction number - Rt) di bawah 1.  Ada beberapa pihak yang menyebutkan angka reproduksi kita di hari-hari ini masih diatas 1, ada yang melaporkan sebagai 1.161. 

5. Angka jumlah pasien dan kematian juga harus ditekan rendah, serta pelayanan kesehatan akan selalu siaga menghadapi kemungkinan kenaikan kasus.

Tahun yang lalu angka kepositifan kita sudah sempat cukup lama di bawah 5 persen dan angka reproduksi juga pernah dibawah 1,  tapi dengan serangan Omicron maka angka kepositifan dan angka reproduksi naik lagi seperti sekarang ini.

Tentu kita juga amat perlu mewaspadai kemungkinan varian baru COVID-19 di dunia, sesuatu yang tidak terlalu mudah memprediksinya. Yang jelas, tentu kita semua berharap bahwa COVID-19 akan segera dapat diatasi di dunia dan juga negara kita, "No one is save until everyone in save". Semoga... 

 

Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Mantan Kabalitbang Kementerian Kesehatan RI

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya