Pasien Gagal Ginjal Selamat dari COVID-19, Ada Perawatan Lanjutan?

Pasien gagal ginjal yang bertahan dari COVID-19 dapat melanjutkan perawatannya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Mar 2022, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 16:30 WIB
Pengobatan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
Ilustrasi Pengobatan Penyakit Gagal Ginjal Kronis Credit: pexels.com/Olga

Liputan6.com, Jakarta Pasien komorbid gagal ginjal menjadi salah satu penyumbang angka kematian akibat COVID-19 terbesar. Penyakit komorbid yang dialami ini dapat memperparah gejala COVID-19, bahkan berujung kematian.

Lantas, bagaimana perawatan lanjutan bagi pasien gagal ginjal yang bertahan (survive) dari COVID-19? Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, Zulkhair Ali menyampaikan, perawatan rutin untuk gagal ginjal, seperti hemodialisis (cuci darah dengan mesin) dapat dilanjutkan.

"Pasien-pasien (gagal ginjal) yang Alhamdulillah terselamatkan dari COVID-19, mereka sekarang masih tetap menjalani hemodialisis ataupun Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)--cuci darah lewat perut," terang Zulkhair menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Temu Media Hari Ginjal Sedunia Tahun 2022 pada Kamis, 17 Maret 2022.

"Kedua terapi itu tidak masalah. Jadi, tidak ada hambatan khusus (selepas perawatan COVID-19 yang dijalani). Bahkan menurut pengamatan kami, tidak banyak yang mengalami long COVID-19 bertahun-tahun atau berbulan-bulan."

Gagal ginjal juga termasuk satu dari empat penyakit terbesar yang menghabiskan 12 persen dana katastropik pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan setelah penyakit kanker, jantung, dan stroke.

Sebanyak 10 persen dari penduduk dunia terkena Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau yang terjadi akibat gejala gagal ginjal awal yang tidak segera diobati dan berangsur-angsur memburuk. Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK meningkat dua kali lipat menjadi 0,38 persen di Indonesia, dari 0,2 persen sejak 2013.

Rentan Terinfeksi COVID-19 karena Imunitas Turun

[Fimela] Corona
Corona | pexels.com/@polina-tankilevitch

Zulkhair Ali yang juga perwakilan Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menambahkan, pasien gagal ginjal rentan terinfeksi COVID-19. Sebab, dengan adanya infeksi virus Sars-CoV-2 penyebab COVID-19, imunitas mereka turun.

"Kita sadari bahwa pasien-pasien penyakit ginjal, terutama pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis itu banyak yang terpapar COVID-19 dan kondisinya memang sangat menurun," tambahnya.

"Ini menjadi problem sendiri karena proses hemodialisis pada pasien-pasien dengan COVID-19 memerlukan tempat khusus yang terisolasi dengan pasien-pasien lain. Pada umumnya, pasien gagal ginjal yang mengalami COVID-19, kondisinya sangat turun, bahkan tidak tidak jarang ada beberapa yang meninggal."

Tak hanya pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis yang rentan terinfeksi COVID-19. Pasien yang melakukan trsansplantasi ginjal pun berisiko tinggi terinfeksi.

"Banyak juga pasien transplantasi ginjal yang terpapar COVID-19, karena mereka rata-rata mendapatkan obat penurun imun (imunosupresan)," imbuh Zulkhair.

Imunosupresan merupakan obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh tidak menyerang organ ginjal donor yang dapat dianggapnya sebagai benda asing.

Infografis Ayo Jaga dan Tingkatkan Imunitas Tubuh

Infografis Ayo Jaga dan Tingkatkan Imunitas Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jaga dan Tingkatkan Imunitas Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya