Menkes Budi: Kita Bisa Akhiri TB di 2030 Jika Vaksin Tersedia pada 2025

Eliminasi tuberkulosis (TB) tahun 2030 dapat tercapai dengan kehadiran vaksin.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Mar 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2022, 11:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat Press Conference: The First G20 Health Working Group (HWG) 2022 di Yogyakarta pada Senin, 28 Maret 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Yogyakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, dunia bisa mengakhiri tuberkulosis (TB) tahun 2030 jika vaksin dapat tersedia pada 2025. Upaya ini termasuk bagian dari peningkatan vaksin, diagnostik, dan terapeutik untuk penanggulangan TB.

Peningkatan vaksin, diagnostik, dan terapeutik untuk tuberkulosis juga belajar dari penanganan pandemi COVID-19. Oleh karena itu, butuh kerja sama dan kolaborasi global, khususnya negara-negara G20 untuk menuntaskan TB bersama.

"Kita perlu berinvestasi secara memadai dan berkelanjutan dalam penelitian, pengembangan kapasitas dan transfer teknologi yang lebih baik, seperti vaksin, terapeutik, dan diagnostik untuk TB," ungkap Budi Gunadi saat pidato dalam acara Financing for TB Respons: Overcoming COVID-19 Disruption and Building Future Pandemic Preparedness di Yogyakarta, ditulis Kamis (31/3/2022).

"Seperti yang kita lihat pada (penanganan) COVID-19, diagnostik, terapeutik, dan vaksin harus diusahakan Kita perlu mendorong lebih keras untuk vaksin TB baru. Menurut pemodelan saat ini, kita akan dapat mengakhiri TB tahun 2030 jika vaksin tersedia pada 2025."

Budi Gunadi optimis para peneliti mampu mengembangkan vaksin untuk TB. Ia meminta komitmen negara G20 memperkuat jejaring dan kemitraan global.

"TB sepenuhnya dapat dicegah dan disembuhkan. Kami tahu dengan meningkatkan jaringan kolaboratif dan Kemitraan multilateral, kita bisa mengembangkan vaksin TB dan diagnostik yang cukup efektif dan efisien juga terapeutik yang memadai," ujarnya.

Tuberkulosis Tetap Jadi Beban Global

Radang Paru-paru
Ilustrasi Paru-paru Credit: pexels.com/Ghio

Kehadiran negara-negara dunia tetap dibutuhkan demi mengakhiri tuberkulosis. Terlebih, penyakit ini masih menjadi beban global yang juga menyumbang angka kematian.

"Saya ingin mengajak Anda semua yang ahli di bidang kebijakan, pembuat kebijakan, pebisnis, dan pejabat publik untuk membentuk komitmen yang tak tergoyahkan dan dukungan berkelanjutan hingga akhir dalam upaya penanggulangan TB," lanjutnya saat rangkaian acara Side Event G20 1st Health Working Group (HWG) 2022 ini.

"Dengan upaya ini, kita tidak hanya akan memberikan perawatan kepada pasien TB, tapi juga keluarga dan masyarakat. Tuberkulosis pun masih menjadi beban global, yang menginfeksi lebih dari 10 juta orang baru setiap tahunnya."

Dari jumlah 10 juta orang yang terinfeksi TB, lanjut Budi Gunadi, dua pertiga kematian ditemukan di berbagai negara dan membunuh lebih dari 4.100 orang setiap hari. Melihat kilas balik, antara abad 17 dan 19, tuberkulosis merupakan salah satu 'pembunuh' utama di dunia.

Bahkan sejak saat itu, penanggulangan TB menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama.

"TB membunuh 25 persen dari total kematian secara global. Karena penyakit ini cenderung diturunkan dalam keluarga, banyak ahli percaya bahwa TB itu penyakit keturunan, tetapi tidak seperti ahli lainnya, Dr. Robert Cobb, seorang dokter dan ahli biologi Jerman," tutur Budi.

"Dia mengunci diri selama enam bulan di laboratoriumnya. Kemudian ditemukan vaksin tuberkulosis untuk agen penyebab penyakit ini pada Maret 1882. Hari ini, 140 tahun sejak temuan itu, TB tetap jadi beban global."

Infografis Pertimbangan dan Kesiapan Indonesia Masuki Endemi Covid-19

Infografis Pertimbangan dan Kesiapan Indonesia Masuki Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pertimbangan dan Kesiapan Indonesia Masuki Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya