Dokter Paru Sebut Vaksinasi Kurangi Risiko Long COVID

Salah satu cara unutk mengurangi risiko long COVID1-9 atau sindrom setelah COVID-19 adalah dengan vaksinasi, mulai dosis pertama hingga dosis penguat

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2022, 10:03 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2022, 08:33 WIB
Long COVID-19 (Foto: Unsplash)
Long COVID-19 (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Vaksinasi menjadi salah satu upaya mengurangi risiko long COVID atau sindrom setelah individu terinfeksi COVId-19. Hal tersebut disampaikan spesialis paru dr Fathiyah Isbaniah, Sp.P.

"Salah satu cara unutk mengurangi risiko long COVID-19 atau sindrom setelah COVID-19 adalah dengan vaksinasi, mulai dosis pertama hingga dosis penguat," jelasnya di Jakarta, Senin, 18 Juli 2022, dilansir Antara.

Pernyataan tersebut disampaikannya selepas konferensi pers sosialisasi penelitian/riset terkait Long COVID-19, hasil kerja sama RSUP Persahabatan, Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, serta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Fathiyah yang juga Ketua Divisi Infeksi RSUP Persahabatan menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko sindrom pasca COVID-19 atau long COVID. Pertama, usia di atas 50 tahun, penyakit penyerta atau komorbid, hipertensi, obesitas, kondisi psikiatri, penyakit imunosupresif, dan tingkat keparahan gejala saat fase akut COVID-19.

Menurutnya, sedikitnya ada dua upaya yang bisa dilakukan guna mengurangi risiko long COVID-19.

Upaya pertama, individu yang memiliki komorbid harus dikontrol agar terkendali.

"Pertama, jika seseorang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, harus dikontrol, misalkan memiliki diabetes, penyakit ginjal, atau hipertensi, harus dikontrol agar dapat terkendali," ujarnya.

Upaya kedua, kata Fathiyah, melengkapi diri dengan vaksinasi guna mengurangi risiko terinfeksi atau kalaupun terinfeksi diharapkan dapat mencegah risiko gejala berat atau mengurangi keparahan gejala pada saat fase akut COVID-19.

Vaksinasi

Vaksinasi COVID-19 lengkap mulai dari dosis pertama hingga penguat atau booster, kata Fathiyah, terbukti bisa meningkatkan daya tahan tubuh.

"Dengan melengkapi diri dengan vaksinasi, lalu rutin kontrol ke dokter untuk penanganan komorbid yang diderita diharapkan akan dapat mengurangi risiko long COVID-19," katanya.

Dia menambahkan, sindrom long COVID biasanya ditandai dengan gejala yang menetap hingga 12 minggu dari onset atau waktu permulaan munculnya suatu penyakit.

"Yang perlu diperhatikan adalah gejala menetap lebih dari 12 minggu dari onset, dan bukan dari diagnosis penyakit lain," katanya.

10 Gejala Long COVID

Fathiyah pun mengatakan terdapat 10 gejala umum sindom Long COVID yakni:

  • kelelahan
  • gangguan memori
  • sesak napas
  • gangguan tidur
  • nyeri sendi
  • gangguan konsentrasi
  • gangguan indra pengecap
  • cemas dan depresi
  • batuk
  • rambut rontok

"Sementara gejala long COVID-19 yang paling sering dilaporkan adalah kelelahan atau fatigue," ucapnya.

Studi Long COVID di Indonesia

Fenomena long COVID di Indonesia cukup tinggi, yakni di angka 66,5 persen. Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta Agus Dwi Susanto memaparkan, fenomena Long COVID di Indonesia sudah dipublikasikan dalam jurnal berjudul, Clinical characteristics and quality of life of persistent symptoms of COVID-19 syndrome in Indonesia. Jurnal ini terbit di GERMS pada 3 April 2022.

Studi long COVID-19 tersebut merupakan kerja sama antara RSUP Persahabatan Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Studi ini dilakukan pada 9 - 28 Januari 2021.

Studi dilakukan dengan responden mengisi kuesioner pada aplikasi yang sudah diberikan secara online dengan menilai kualitas dari berbagai parameter. Penilaian juga termasuk seberapa besar gejala dan derajat keparahan long COVID yang dialami.

"Hasil penelitian dari total responden awalnya ada 410 subjek, tapi ternyata banyak yang tidak bisa kita olah (datanya), karena pengisian (data) tidak lengkap. Sehingga responden yang memiliki kriteria kondisi sepenuhnya adalah 385 orang," papar Agus saat Konferensi Pers Long COVID-19 di RSUP Persahabatan Jakarta pada Senin, 18 Juli 2022.

"Terbanyak adalah perempuan 58,7 persen dengan usia 18-40 tahun (60,8 persen) dan dikatakan, gejala pasca sembuh pada sebagian long COVID yang kami temukan pada 256 subjek atau 66,5 persen populasi yang kami survei."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya