Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan selain menerapkan disiplin protokol kesehatan 3M yang ketat, mendapatkan vaksin secara optimal melindungi diri dari COVID-19 bahkan mencegah kenaikan kasus.
Vaksin COVID salah satu upaya pelengkap untuk tidak memberi ruang bagi virus untuk hidup, atau bahkan bermutasi menjadi varian atau subvarian baru.
Baca Juga
"Terkait dosis keempat ini, ada penelitian lain yang mendukung. Studi dari COV-Boost yang menunjukkan penyuntikkan dosis keempat vaksin mRNA efektif meningkatkan level antibodi dan imunitas seluler tanpa menimbulkan KIPI yang berat," ujar Wiku dalam keterangan pers, Sabtu (30/7/2022).
Advertisement
Lalu penelitian lainnya, EMA’s COVID-19 task force (ETF) dan the European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), menyampaikan rekomendasi pemberian vaksin dosis keempat yaitu harus dilakukan sesuai prioritas risiko penularan. Khususnya orang dengan gangguan imunitas dengan jenis vaksin yang sesuai dengan kemampuan penerimaan tubuh, barulah bertahap kepada seluruh populasi.
"Hal ini juga sesuai dengan apa yang akan dilakukan pemerintah Indonesia sebagai langkah lanjutan," lanjut Wiku.
Dan perlu dipahami terkait mutasi virus, bahwa COVID-19 adalah virus yang sangat mudah bermutasi. Karenanya, kemunculan varian maupun sub varian baru terus terjadi. Secara tidak langsung, hal ini mengindikasikan bahwa manusia sebagai host atau target virus memberikan peluang yang lebih besar bagi virus untuk memperluas penularannya.
"Walau mutasi virus bersifat alamiah namun intensitasnya akan meningkat jika dibarengi laju penularannya yang juga meningkat di masyarakat," jelas Wiku.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pergeseran dominansi varian dari delta
Dalam satu tahun terakhir, lanjut Wiku, telah terjadi pergeseran dominansi varian dari delta di tahun 2021 menjadi varian Omicron sejak awal tahun 2022 ini.
Bahkan karena tingginya mutasi varian Omicron ini, WHO menetapkan pemantauan khusus Omicron Sub Variant Under Monitoring, diantaranya BA.4, BA.5, BA.2.12.1, BA. 2.9.1, BA. 2.11, BA.2.13. Dan terbaru varian BA.2.75 yang ditemukan Mei lalu di India, dan telah terimportasi ke Indonesia berdasarkan pemantauan Kementerian Kesehatan.
"Dinamika kenaikan maupun penurunan baik angka kasus positif, kesembuhan, maupun kematian akan terus bergulir jika kita semua tidak konsisten menjalankan upaya pencegahan. Baik menjalankan protokol kesehatan 3M maupun vaksinasi secara optimal,"Â kata Wiku.
Â
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Menyasar kelompok rentan
Rencana Pemerintah memberikan vaksin dosis keempat akan mengikuti skala prioritas sebagaimana vaksinasi yang dilakukan sebelumnya. Untuk tahap awal, vaksin dosis keempat diperuntukkan bagi tenaga kesehatan sebagai salah satu kelompok paling rentan terhadap COVID-19. Namun, kedepannya sasaran vaksin dosis keempat dapat diperluas sesuai kebutuhan.
"Sehingga sangat memungkinkan adanya perluasan target sasaran mengingat tidak hanya tenaga kesehatan yang berisiko tertular,"Â kata Wiku.
Pemerintah sendiri, saat ini berfokus melakukan pelaksanaan vaksinasi booster atau vaksinasi dosis ketiga. Sebagaimana diketahui, bahwa seiring penerapan kebijakan syarat vaksin booster untuk masuk fasilitas publik meningkatkan cakupan booster. Bahkan dalam 1 bulan terakhir terjadi peningkatan booster hingga 70 persen.
"Oleh karena itu tidak bosan-bosan saya sampaikan untuk saling jaga dan saling mengajak kepada masyarakat yang belum booster. Apalagi di tengah peningkatan kasus COVID-19. Mari kita jaga kelompok rentan seperti lansia dan komorbid," tegas Wiku.
Â
Diharapkan tiap daerah dapat mengawasi fasilitas kesehatan
Disamping itu, dalam menghadapi kenaikan kasus saat ini, Kementerian kesehatan terus mengupayakan agar pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di fasilitas kesehatan dapat terlayani dengan baik. Kementerian Kesehatan telah membuat pedoman konversi bed saat keadaan kasus meningkat maupun landai.
"Dan diharapkan tiap daerah dapat mengawasi fasilitas kesehatan yang ada untuk menjalankan pedoman tersebut dengan baik agar mencegah kelalaian penanganan pasien," pungkas Wiku.
Â
Advertisement