Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin positif COVID-19. Hasil tersebut setelah mantan Wakil BUMN ini menjalani hasil tes PCR hari ini, Senin (29/8/2022).
"Mohon doanya agar saya dapat segera pulih kembali," kata Budi melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 29 Agustus 2022.
Baca Juga
Menurut Budi Gunadi, keterbukaan terhadap status COVID-19 merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai pejabat publik. Hal ini agar penularan COVID-19 bisa segera diputus dan tidak semakin meluas.
Advertisement
"Karena siapa pun dapat tertular dan menularkan COVID-19. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk membantu memutus rantai penularannya dengan segera melakukan swab tes," ujarnya.
"Jika hasil tes-nya positif, langsung melakukan isolasi mandiri," Menkes Budi menambahkan.
Saat ini, Budi Gunadi sedang melakukan isolasi mandiri. Upaya tersebut sebagaimana tata laksana COVID-19 pada umumnya.
Menkes Budi akan melakukan isolasi mandiri sampai dinyatakan negatif COVID-19. Selama isolasi mandiri, Menkes tetap akan menjalankan aktivitas sebagaimana biasa melalui virtual.
Aktivitas Menkes 2 Hari Sebelumnya
Dua hari sebelum dinyatakan positif COVID-19 pada Sabtu (27/8/2022), Menkes Budi Gunadi Sadikin meresmikan fasilitas produksi dan peluncuran perdana alat kesehatan elektromedik Mindray produksi dalam negeri di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Budi Gunadi Sadikin menargetkan 60 persen produksi alat kesehatan dalam negeri gunakan komponen lokal.
“Kalau sekarang masih ada beberapa komponen dari luar negeri tidak apa-apa. Tapi kita tidak bisa melakukan ini terlalu lama. Keinginan kita sekitar 50 - 60 persen alat kesehatan dan obat-obatan dari hulu sampai ke hilir harus dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri,” katanya dalam pernyataan resminya.
Menkes menyebutkan target tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa alat kesehatan di Indonesia baik yang sudah jadi maupun bahan bakunya masih di dominasi impor.
Pihaknya menjabarkan di tahun 2019 - 2020 saja, transaksi alat kesehatan impor mencapai 88 persen, sementara untuk produk lokal hanya berkisar 12 persen.
Padahal, dari total 496 jenis alkes yang ditransaksikan di kurun waktu 2019-2020 tersebut, ada 152 alkes yang sebenarnya mampu diproduksi sendiri. Rendahnya penggunaan alkes produk lokal ini ditengarai keterbatasan teknologi dan implementasi regulasi penggunaan produk dalam negeri.
Advertisement