Kapan Waktu Tepat Minum Obat Batuk?

Ketika kamu mengonsumsi obat batuk, ada baiknya disertai dengan penanganan lain yang mendukung pengobatan.

oleh stella maris pada 28 Sep 2022, 09:00 WIB
Diperbarui 27 Sep 2022, 18:04 WIB
Ilustrasi obat batuk
Ilustrasi obat batuk/Shutterstock-Studio KIWI.

Liputan6.com, Jakarta Pada dasarnya, tubuh manusia punya kemampuan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit sendiri alias tanpa obat-obatan. Dalam dunia medis namanya self limiting disease. 

Alasan mengapa penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya karena tubuh memiliki sistem kekebalannya untuk melawan virus yang masuk. Jika sistem kekebalan tubuh kuat, maka virus akan mati. 

Meski demikian, bukan berarti semua penyakit dapat sembuh sendiri. Masalah atau keluhan kesehatan yang tergolong ringan sekalipun, batuk dan flu, tetap butuh intervensi yaitu melalui pemberian obat. 

Nah, ngomong-ngomong soal batuk, patut diketahui bahwa batuk sebenarnya bukan penyakit. Batuk merupakan respon alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari dahak atau penyebab iritasi lain. 

Dalam penanganannya, ada dua jenis batuk dengan kategori dan durasi gejalanya. Pertama adalah batuk jangka pendek yang disebabkan oleh infeksi seperti flu, durasinya sekitar tiga minggu. 

Kedua adalah batuk jangka panjang tergolong kronis karena durasinya berlangsung hingga delapan minggu. Penyebabnya beragam, mulai dari asam lambung atau GERD, asma, hingga kebiasaan merokok. 

Selain dari durasinya, batuk juga terbagi menjadi beberapa lima jenis. Namun yang paling sering dialami banyak orang adalah batuk berdahak dan batuk kering. Penyebab batuk berdahak terjadi ketika cairan di saluran napas memicu refleks batuk. Biasanya penyebab batuk berdahak menandakan ada cairan di saluran pernapasan.

Sementara batuk kering disebabkan karena lingkungan yang nggak sehat seperti asap rokok, debu, polusi, jamur, bahan-bahan kimia, dan serbuk sari. Beberapa orang juga akan lebih sensitif terhadap udara kering atau dingin. Infeksi saluran pernapasan atas juga bisa menjadi penyebab batuk kering berkepanjangan. Infeksi ini akan disertai pilek dan flu. 

Oh ya, batuk kering umumnya memiliki durasi yang panjang dan penyebab lainnya adalah GERD. Ini merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang disebabkan karena naiknya asam lambung ke kerongkongan hingga mengiritasinya, sehingga menjadi penyebab batuk kering berkepanjangan. 

Gejala dari batuk ini akan disertai mual dan muntah. Kamu sebagai penderita juga akan mengalami sakit tenggorokan, sensasi panas di dada hingga bau mulut yang tidak sedap. Beberapa kasus juga akan menyebabkan penderita sulit menelan.

Maka dari itu untuk mencegah batuk berkepanjangan, batuk tersebut perlu disikapi dengan tepat, agar nggak mengganggu aktivitas dan tak berkembang menjadi kondisi yang akan memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan, seperti penurunan nafsu makan, lemas, sakit kepala, insomnia, hingga luka pada tenggorokan.

Nah ketika batuk muncul, banyak orang langsung mengonsumsi obat batuk. Tapi pertanyaannya, kapan waktu tepat mengonsumsi obat batuk? Jika merujuk penjelasan sebelumnya terkait batuk ringan dengan durasi paling lama tiga minggu, saat batuk terasa cukup mengganggu aktivitas, kamu dapat mengonsumsi obat batuk. 

Namun saat penggunaannya, perhatikan mengonsumsinya sesuai jenis obat batuk. Jika saat batuk terasa ada lendir, minumlah obat batuk berdahak. Misalnya OBH Combi Batuk Berdahak atau Siladex yang mampu mengeluarkan dahak yang tersumbat di tenggorokan serta melegakan tenggorokan dan saluran pernapasan. 

Nah, ketika kamu mengonsumsi obat batuk, ada baiknya disertai dengan penanganan lain yang mendukung pengobatan. Pertama, pastikan kamu mengonsumsi air putih yang cukup, untuk membantu mengencerkan dahak dan menjaga tenggorokan tetap lembab. 

Kedua, ada baiknya kamu menjauhi penyebab iritasi yang jadi biang kerok batuk, seperti asap rokok, debu atau hal lain yang menjadi pemicunya. Ketiga, pastikan juga kamu beristirahat yang cukup. 

Jika memang batukmu cukup mengganggu di malam hari hingga menyebabkan sulit tidur, cobalah untuk mengatur posisi tidur, misalnya dengan posisi kepala lebih tinggi.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya