Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama membeberkan gejala akut gas air mata seperti yang ditembakkan dalam tragedi Arema. Terlebih, jumlah korban bertambah dari 127 orang menjadi 129 orang.
Dalam tragedi Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022), seluruh korban meninggal diduga akibat berdesak-desakan saat kericuhan pecah usai laga derby antara Arema FC vs Persebaya Surabaya. Kemenangan diraih Persebaya Surabaya.
Baca Juga
Disebutkan pula, sebanyak 180 orang sedang dirawat di berbagai fasilitas kesehatan, baik rumah sakit dan puskesmas. Perawatan medis terus diupayakan kepada para korban.
Advertisement
"Secara umum, (gas air mata) dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata dan paru serta saluran napas. Kemudian, gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas," terang Tjandra Yoga melalui pesan singkat kepada Health Liputan6.com pada Minggu, 2 Oktober 2022.
"Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas (respiratory distress)."
Selain itu, perlu diperhatikan bagi seseorang yang punya penyakit asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), ketika terpapar gas air mata, maka bisa berujung gagal napas (respiratory failure).
"Masih tentang dampak di paru, mereka yang sudah punya penyakit asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kalau terkena gas air mata maka dapat terjadi serangan sesak napas akut, yang bukan tidak mungkin berujung di gagal napas," jelas Tjandra Yoga.
Rasa Terbakar dan Reaksi Alergi
Tak hanya dampak gas air mata di saluran napas, ada juga gejala lain adalah rasa terbakar di mata, mulut dan hidung. Kemudian pandangan kabur dan kesulitan menelan.
"Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi," Tjandra Yoga Aditama menambahkan.
Walaupun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan.
"Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup," pungkas Tjandra Yoga yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.
Diketahui, beberapa bahan kimia yang digunakan pada gas air mata dapat saja dalam bentuk chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA), dan dibenzoxazepine (CR).
Advertisement
Timbulkan Rasa Perih dan Pedih
Penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya Surabaya turut mendapat sorotan dari dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Dede Nasrullah.
"Gas air mata mengandung tiga kumpulan bahan kimia salah satunya yang sering digunakan adalah chloroacetophenone yang disingkat dengan CN dan chlorobenzylidenemalononitrile atau yang disingkat CS," ujarnya, Minggu (2/10/2022).
Dede mengatakan, paparan bahan kimia tersebut secara langsung dapat menyebabkan iritasi pada mata, sistem pernapasan, dan kulit.
"Senyawa CS ini biasanya diformulasikan dengan beberapa bahan kimia, terutama pelarut metil isobutil keton (MIBK) yang digunakan sebagai pembawa. Senyawa CS ini yang berhubungan dengan reseptor syaraf yang dapat menyebabkan rasa nyeri, ketika gas air mata terpapar di kulit terutama pada bagian wajah dan mata akan menimbulkan rasa perih dan pedih," paparnya, dikutip dari Regional Liputan6.com.
Segera Minta Pertolongan Medis
Paparan gas air mata dapat membuat seseorang mengalami beberapa nyeri dan menimbulkan rasa gatal pada kulit, panas, dan penglihatan kabur. Gejala lainnya, yaitu terkait dengan pernapasan dapat dialami, seperti sulit bernapas, batuk, mual dan muntah.
Dede Nasrullah membagikan tips ketika terkena gas air mata.
"Yang bisa kita lakukan pertama ketika terkena gas air mata siram dengan air bersih yang mengalir karena air ini dapat menurunkan konsentrasi senyawa CS dalam formulasi," terangnya.
"Kedua, tutup dengan rapat hidung, mata dan mulut bisa dengan menggunakan masker untuk meminimalisir terhirupnya gas tersebut. Ketiga segera ganti pakaian yang sudah terkontaminasi dan jangan sampai terkena/ menyentuh anggota tubuh."
Selanjutnya, keempat segera menjauh dari area yang terdampak gas air mata.
"Dan terakhir, carilah pertolongan medis, jika masih ada efek akibat gas air mata 20 menit setelahnya atau jika mengalami sesak segera minta pertolongan medis," pungkas Dede.
Advertisement