Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta orangtua tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan. Rekomendasi ini disarankan sampai didapatkan hasil investigasi mengenai penyebab gagal ginjal akut progresif atipikial atau misterius pada anak.
"Masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM," begitu tulis IDAI dalam unggahan terbarunya pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Baca Juga
IDAI juga meminta masyarakat tetap tenang di tengah kenaikan kasus gagal ginjal akut misterius ini. Namun, masyarakat harus tetap waspada bila anak mengalami penurunan frekuensi buang air kecil dan penurunan jumlah urine yang terjadi secara mendadak disertai maupun disertai permasalah kesehatan yang lain.
Advertisement
Mengingat belum diketahui pasti penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal ini, IDAI meminta orangtua menghindari aktivitas di ruang publik agar anak tidak terkena infeksi.
"Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak khususnya balita yang memaparkan risiko infeksi (seperti kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker)," tulis IDAI.
Pernyataan IDAI selaras dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan lewat Juru Bicara Mohammad Syahril pada Rabu, 18 Oktober 2021 pagi.
"Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan," kata Syahril.
Di kesempatan itu, Syahril juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Optimalkan Kesehatan Anak
Sembari menunggu hasil investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Ketua IDAI, Piprim Basarah Yanuarso menyarankan orangtua agar terus meminta anak menjalankan pola hidup bersih dan sehat.
"Pada sebuah kasus penyakit yang kita enggak tahu apa sebabnya, terapinya bagaimana maka perlu kita terapkan PHBS seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjauhi kerumunan," kata Piprim dalam live Instagram bersama IDAI pada Selasa, 18 Oktober 2022.
Selain itu, berikut rekomendasi Piprim lainnya untuk menjaga kesehatan anak:
- Kebutuhan tidur tercukupi
"Tidur itu salah satu hal yang meningkatkan imunitas anak, maka pastikan tidurnya tercukupi. Jangan sampai anak begadang sampai malam, main gim tanpa diketahui," kata Piprim.
- Aktif bergerak
- Hindari kebanyakan mengonsumsi camilan tinggi gula
"Camilan tinggi gula ini sangat inflamatif dan pada kondisi seperti saat ini kita hindari inflamasi yang berlebihan," lanjut Piprim.
Hal senada juga disampaikan Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM.Dengan menjaga gaya hidup sehat dan bersih serta menyantap makanan sehat pada buah hati, orangtua dapat membantu anak terhindar dari berbagai penyakit.
Dia mengingatkan orang tua untuk memberikan makanan-makanan sehat, bukan makanan-makanan yang justru memperberat ginjal anak.
"Ginjal adalah organ yang menyaring asupan dalam tubuh, tentu kalau makanan yang masuk sembarangan, kerjanya berat," jelas dia.
"Oleh karena itu, (terapkan) perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh, tak cukup hanya cuci tangan tapi secara komprehensif," pesan dia mengutip Antara.
Advertisement
Hasil Penelitian Dipublikasikan Minggu Depan
Sejak merebaknya kasus gangguan ginjal akut di Indonesia, Kemenkes RI memang telah melakukan penelitian dengan sejumlah ahli epidemiologi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, dan Puslabfor.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada sisa sampel obat yang dikonsumsi para pasien, memang ditemukan adanya jejak senyawa yang berpotensi menyebabkan gangguan ginjal akut progresif atipikal ini.
Syahril mengungkapkan bahwa hasil investigasi termasuk soal senyawa yang diduga menjadi penyebab gangguan ginjal akut tersebut kemungkinan akan diungkap pada minggu depan.
"Senyawa apa yang diduga (menjadi penyebab gangguan ginjal akut)? Kalau kita melihat hasil penyelidikan atau penelitian di Gambia Afrika, itu memang ada dikaitkan dengan senyawa yang ada di empat macam obat batuk dan pilek yang sudah disebutkan BPOM mengandung dietilen glikol maupun etilen glikol," ujar Syahril dalam konferensi pers, Rabu (19/10/2022).
"Untuk itu (di Indonesia), kami belum bisa mem-publish karena sedang dalam penelitian, yang insyaAllah minggu depan hasil penelitiannya akan kita publish."
15 - 18 Obat Diperiksa
Dalam kesempatan berbeda, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan Kementerian Kesehatan bersama tim kini tengah mencari tahu kemungkinan gagal ginjal akut apakah terkait obat. Saat ini tengah dilakukan pemeriksaan obat di laboratorium forensik mengenai obat mana saja yang bisa menyebabkan kelainan ginjal.
"Kita terus melakukan investigasi dan melakukan beberapa hal untuk identifikasi kelainan ginjal akut pada anak, salah satunya adalah penyebab infeksi karena obat-obatan," kata Dante di Jakarta, Rabu, 18 Oktober 2022 mengutip Antara.
"Obat-obatan tersebut sudah dilakukan pemeriksaan di laboratorium pusat forensik dan sedang kita identifikasi lagi obat mana saja yang bisa menyebabkan kelainan ginjal," katanya.
Dante mengatakan bahwa pemerintah tidak melarang penggunaan paracetamol, tetapi melarang penggunaan produk obat berbentuk sirup yang bisa tercemar etilen glikol (EG).
"Bukan paracetamol yang tidak boleh, yang tidak boleh adalah karena beberapa obat tersebut mengandung EG dan sedang diidentifikasi 15 hingga 18 obat yang diuji, sirup, masih mengandung EG, dan kita identifikasi lagi bahwa EG ini bisa bebas," katanya.
Advertisement