Kasus COVID-19 Melonjak Sepekan Terakhir, Gegara Subvarian XBB?

Kasus COVID-19 mengalami lonjakan dalam sepekan terakhir. Pada 2 November kemarin, penambahan kasus positif mencapai 4.873.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Nov 2022, 12:17 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2022, 12:17 WIB
RSUD Cengkareng Dirikan Tenda Darurat untuk Pasien Covid-19
Petugas medis merawat pasien di dalam tenda darurat di depan UGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (24/6/2021). Lonjakan kasus virus corona mengakibatkan ruang IGD penuh, pihak rumah sakit lantas mendirikan tenda darurat untuk merawat pasien covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 mengalami lonjakan dalam sepekan terakhir. Pada 2 November kemarin, penambahan kasus positif di hari itu mencapai 4.873.

Penambahan ini nyaris bersamaan dengan munculnya subvarian XBB di Indonesia. Sehingga, subvarian dari Omicron ini pun dikait-kaitkan dengan lonjakan tersebut.

Terkait hal ini, Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengatakan bahwa kenaikan kasus saat ini tidak bisa dikatakan karena XBB.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa kenaikan kasus saat ini adalah karena XBB karena jumlah XBB yang baru ditemukan dan dilaporkan masih sedikit, di bawah 20 kasus,” kata Erlina dalam konferensi pers daring, Kamis (3/11/2022).

“Tapi kita kan tidak tahu, banyak sekali orang yang batuk, pilek, demam enggak memeriksakan diri hanya isolasi mandiri saja. Kalau melakukan antigen pun tidak diteruskan dengan PCR sehingga kita tidak tahu apakah variannya XBB, BA.4, atau BA.5, kita enggak tahu,” tambahnya.

Namun, yang jelas data di Indonesia menunjukkan bahwa varian yang masih dominan di Indonesia adalah BA.5, katanya.

Sementara XBB belum bisa disebut sebagai biang keladi dari lonjakan kasus yang cukup signifikan, ada dugaan lain yang memiliki potensi meningkatkan kasus.

“Kenapa kasusnya meningkat? Bisa jadi satu karena kita makin longgar (protokol kesehatan), kedua kita lupa mengawasi atau melindungi orang-orang berisiko tinggi seperti lanjut usia (lansia) dan komorbid. Jadi mungkin karena belakangan kasus menurun, jadi lupa melindungi mereka.”


Aktivitas Kehidupan Nyaris Normal

Di sisi lain, aktivitas kehidupan sudah nyaris normal, lanjut Erlina. Hal ini juga diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya lonjakan kasus COVID-19.

“Orang sudah berkumpul beramai-ramai, kegiatan rapat, kegiatan offline di mana-mana, acara-acara gathering di mana-mana dan lupa dengan protokol kesehatan.”

Mengingat tren kenaikan kasus sedang terjadi, maka Erlina berpesan kepada masyarakat untuk mulai berhati-hati ketika hendak menggelar suatu acara atau kumpul-kumpul menjelang libur Natal dan Tahun Baru.

“Ada baiknya mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah orang ketika ingin berkumpul. Kalau kemarin kumpulnya sudah kembali normal, yuk kita kurangi supaya kita bisa mengupayakan terjadinya penurunan kasus.”

Saat kasus melandai, banyak pula orang yang tadinya patuh menerapkan protokol kesehatan menjadi ikut-ikutan longgar, kata Erlina.

“Saya kira protokol longgar ada kontribusinya, tapi kalau karena varian baru itu belum ada bukti karena kasusnya sedikit.”


Saran untuk Penyelenggara Acara Offline

Seperti disampaikan Erlina sebelumnya, acara offline atau tatap muka kini sudah banyak dilakukan di mana-mana.

Ia pun menyampaikan bahwa acara tatap muka bisa saja dilakukan dengan catatan memerhatikan protokol kesehatan.

"Penyelenggaraan acara-acara offline bisa saja, tapi tolong protokol kesehatannya dijaga, di antaranya dengan peserta pakai masker.”

Selain itu, kapasitas pengunjung juga perlu dikurangi dari batas normal dan hindari kelebihan kapasitas.

“Sebaiknya jangan overcapacity, kalau bisa dikurangi jumlahnya. Kalau gedung untuk 100 orang maka dalam situasi peningkatan kasus ini mungkin undangannya bisa dikurangi jadi 50 orang. Jangan overcapacity, kapasitas yang memadai saja sebaiknya dikurangi.”


Penanganan XBB Gejala Ringan

Erlina juga menjelaskan soal penanganan XBB gejala ringan. Menurutnya, jika gejala ringan ini ada pada orang yang staminanya bagus, maka konsumsi vitamin dan obat-obat pereda gejala disertai isolasi mandiri dinilai cukup.

“Itu bisa walaupun dari buku pedoman yang kami keluarkan kalau bergejala sebaiknya mendapatkan antivirus juga.”

Penanganan ini tidak dapat disamakan jika gejala timbul pada lanjut usia (lansia) terutama yang memiliki komorbid dan belum divaksinasi.

“Orang tua, apalagi ada komorbid, apalagi belum divaksinasi, walaupun ringan sebaiknya dirawat kalau menurut saya. Jangan isolasi mandiri di rumah, tapi bawalah ke rumah sakit untuk dirawat. Kalaupun staminanya masih bagus, kalau bergejala sebaiknya minum obat antivirus.”

Infografis Waspada Covid-19 Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia
Infografis Waspada Covid-19 Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya