Anak-Anak dan Lansia Miliki Risiko Pneumonia Lebih Tinggi, Kenali Penyebabnya

Anak-anak serta orang berusia lanjut memiliki risiko terserang pneumonia yang lebih tinggi. Kenali penyebabnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2022, 10:00 WIB
Pneumonia
Ilustrasi Penyakit Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pneumonia dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan lansia. Bahkan risiko tinggi justru terjadi pada kelompok usia ini.

"Persentase kematian lebih tinggi pada usia anak, usia lanjut, atau kelompok dengan komorbid," ujar dokter spesialis paru konsultan DR. Dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), FISR dalam konferensi pers peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Hari PPOK Sedunia bersama PDPI pada Rabu (16/11/2022).

Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, dan parasit.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia menyumbang 14 persen kematian anak berusia di bawah 5 tahun. Di Indonesia, angka kejadian pneumonia sering ditemukan pada kelompok usia di atas 55 tahun yaitu sebanyak 2,5 hingga 3 persen.

Penyakit yang menyerang organ pernapasan ini berbahaya apabila terlambat didiagnosis dan ditatalaksana. Ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi aliran darah, efusi pleura, acute respiratoty distress syndrome (ARDS), dan abses paru atau paru bernanah (empiema). Bahkan, bisa menyebabkan kematian.

Meskipun demikian, pneumonia dapat diobati.

"Pneumonia dapat diobati apabila ditangani pada saat yang tepat," tutur Fathiyah.

Pneumonia juga dapat disembuhkan. Namun, ini tergantung pada tingkat keparahan penyakit tersebut serta komorbid yang menyertainya. Jika pasien memiliki komorbid yang tidak terkontrol, maka akan sulit untuk disembuhkan.

Maka dari itu, jika terdapat komorbid, maka komorbid tersebut harus dapat diobati dan dikontrol terlebih dahulu, jelas Fathiyah.

Merokok Jadi Penyebab Pneumonia

Penyebab Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

Merokok merupakan salah satu risiko untuk terkena pneumonia, kata Fathiyah. Kebiasaan merokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif dapat meningkatkan risiko terserang penyakit ini.

"Orang yang merokok memiliki risiko untuk terkena pneumonia lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok," ujar Fathiyah.

Orang yang merokok memiliki risiko 2,17 kali lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. Risiko ini meningkat jika Anda merupakan warga lansia. Seseorang yang berusia 65 tahun ke atas dan merokok memiliki risiko infeksi pneumonia komunitas 64 persen dibandingkan populasi umum, Fathiyah mengungkapkan.

Ketika Anda merokok, zat beracun dalam asap rokok yang masuk ke dalam organ paru dapat merusak jaringan, termasuk sistem kekebalan. Jika sistem kekebalan pada paru melemah, mikroorganisme yang terhirup masuk dapat dengan mudah menyebabkan pneumonia.

Oleh karena itu, harus berhenti merokok, tutur Fathiyah. Selain itu, jangan berada dekat dengan perokok ketika Anda berada di tempat umum.

Kebersihan Mulut yang Buruk

Menjaga Kesehatan Mulut
Ilustrasi Kesehatan Mulut Credit: freepik.com

Fathiyah juga mengungkapkan pentingnya menjaga kebersihan mulut. Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan seseorang terkena pneumonia.

Dilansir dari situs KlikDokter, menurut hasil penelitian di Yale University, Amerika Serikat, penyakit pernapasan muncul akibat infeksi kuman di paru-paru atau pneumonia berkembang dari bakteri dan kuman yang tak terkontrol di rongga mulut.

Fathiyah menjelaskan, kuman-kuman yang ada di rongga mulut Anda dapat turun ke paru-paru melalui tenggorokan, misalnya ketika tersedak atau saat tidur. Kuman-kuman yang awalnya komensal masuk ke saluran napas bagian bawah.

Untuk pasien stroke, apabila kebersihan mulutnya tidak terjaga, maka kondisi ini dapat dengan mudah menyebabkannya terserang pneumonia.

Meskipun demikian, Fathiyah mengatakan bahwa hal ini tidak dialami orang yang sehat.

"Tapi pada orang yang sehat, hal-hal tersebut tidak menyebabkan penyakit, ya. Tidak menyebabkan infeksi paru."

Adanya plak gigi atau kerusakan gigi, peradangan, hingga pendarahan pada gusi yang dibiarkan dan tidak dirawat juga dapat menyebabkan infeksi. Kerusakan ini mengakibatkan lemahnya gusi dan jaringan pendukung di bawahnya.

Gejala Pneumonia

Cara Pencegahan Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Pencegahan dari Penyakit Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Menurut situs Mayo Clinic, tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi, usia serta kesehatan Anda secara keseluruhan. Tanda dan gejala ringan yang dialami seringkali mirip dengan pilek atau flu. Meskipun demikian, pada pneumonia gejala tersebut bertahan lebih lama.

Tanda dan gejala pneumonia meliputi:

-Nyeri dada saat bernapas atau batuk

-Bingung atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas)

-Batuk berdahak

-Kelelahan

-Demam, berkeringat dan menggigil

-Suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa berusia di atas 65 tahun serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah)

-Mual, muntah atau diare

-Sesak napas

Bayi yang baru lahir hingga yang berusia 1 tahun mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Atau ia mungkin muntah, demam dan batuk, gelisah, lelah dan tidak punya energi, atau kesulitan bernapas dan makan.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya