Mengenang Remy Sylado, Sastrawan dengan Karya Berani nan Indah yang Tak Lekang Digerus Zaman

Hari ini, Indonesia kehilangan salah satu sastrawan terbaiknya, Remy Sylado. Mendiang Remy Sylado dikenal lewat gerakan puisi mbeling yang dimulai sejak tahun 1971.

oleh Diviya Agatha diperbarui 12 Des 2022, 15:01 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 13:48 WIB
[Bintang] Remy Sylado
Remy Sylado. (via freedom institute)

Liputan6.com, Jakarta Hari ini, Senin, 12 Desember 2022, Indonesia kehilangan salah satu sastrawan terbaiknya, Remy Sylado. Pria kelahiran Malino, Makassar, Sulawesi Selatan ini telah berpulang setelah mengalami sakit selama beberapa bulan terakhir.

Mengutip berbagai sumber, mendiang Remy Sylado diketahui mengidap hernia, stroke, dan katarak.

Pada 2020 lalu, Remy Sylado pernah dirawat di rumah sakit karena mengalami komplikasi dan telah bolak balik melakukan cuci darah.

Kini, dirinya pun sudah beristirahat dengan tenang. Mendiang Remy Sylado yang lahir pada tahun 40-an mungkin tak banyak dikenal oleh anak-anak generasi saat ini. Namun, karyanya yang indah dan berani layak untuk dikenang.

Remy Sylado diketahui menjalani berbagai profesi selama hidup. Mulai dari penyair, cerpenis, novelis, dramawan, kritikus sastra, pemusik, penyanyi, penata rias, aktor, wartawan, ilustrator, hingga dosen.

Mengutip cerita tentang Remy Sylado pada laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI pada Senin (12/12/2022), Remy Sylado tak pernah lepas dari riset yang mendalam untuk dunia tulis-menulis. Ia pernah berburu bahan untuk novelnya hingga ke perpustakaan di luar negeri.

Pelopor Puisi Mbeling

Sosok Remy Sylado dikenal sebagai pelopor puisi mbeling. Puisi mbeling merupakan bagian dari gerakan mbeling yang dipelopori oleh dirinya sendiri pada tahun 1971. Gerakan mbeling dimaksudkan untuk mendobrak rezim Orde Baru yang dianggap feodal

Awalnya, gerakan mbeling mulai dipentaskan pada drama berjudul Messiah II di Bandung. Namun, istilah mbeling baru semakin populer pada 1972 ketika Remy Sylado mementaskan drama Genessis II di Bandung. Teater drama itu dinamai sebagai teater mbeling.

Puisi Seharusnya Bebas agar Kaum Muda Tak Takut Berekspresi

[Bintang] Remy Sylado
Remy Sylado. (youtube)

Menariknya, Remy Sylado dalam gerakan puisi mbeling adalah pandangan soal estetika yang menyatakan puisi harus diatur dan dipilih-pilih dengan gaya bahasa yang baku.

Remi menekankan tulisan pada estetika hanya akan menyebabkan kaum muda takut berkreasi secara bebas. Bagi gerakan puisi mbeling, bahasa puisi dapat diambil dari ungkapan sehari-hari. Bahkan dapat menggunakan bahasa yang dianggap jorok sekalipun.

Bagi Remy Sylado, puisi yang diciptakan harus menggugah kesadaran dan berfaedah. Meski pendek kata, kamus gerakan puisi mbeling tidak mengharuskan adalahnya istilah major art atau minor art.

Pada salah satu kata pengantar di rubik Puisi Mbeling yang dicatat oleh Sapardi Djoko Damono, Remy Sylado bercerita dramawan dan penyair Rustandi Kartakusuma menjadi frustasi. Hal tersebut lantaran karya-karyanya tidak dibicarakan oleh H.B. Jassin.

Tak Perlu Patah Semangat Puisimu Tidak Ditanggapi

Ilustrasi menulis, pantun, puisi
Ilustrasi menulis, pantun, puisi. (Photo by Álvaro Serrano on Unsplash)

Berkaitan dengan cerita Rustandi Kartakusuma, Remy Sylado pun berpesan pada kaum muda, para calon penyair dimanapun berada. Pesan itu berisi hendaknya tidak perlu merasa patah semangat soal puisi yang tidak ditanggapi.

"Kamu jangan tawar hati jika puisimu tidak ditanggapi. Satu sikap yang harus kau miliki sekarang adalah bagaimana kau tampilkan di muka untuk sekaligus membicarakan puisimu," kata Remy Sylado.

"Puisi adalah pernyataan akan apa adanya. Jika puisi adalah apa adanya, dengan begitu terjemahan mentalnya hendaknya diartikan bahwa tanggung jawab moral seorang seniman ialah bagaimana ia memandang semua kehidupan dalam diri dan luar lingkungannya secara menyeluruh, lugu, dan apa adanya. Tetapi tanggung jawab penyair yang pertama adalah bahwa sebagai seniman, ia harus memiliki gagasan."

Sejak kecil, Remy Sylado diketahui sudah membaca buku-buku yang masuk kategori berat. Namun dalam proses kreatifnya, Remy Sylado menegaskan bahwa perkembangan dan perubahan pada publik dapat memperlihatkan bahwa untuk menikmati sebuah cerita, manusia tidak harus melulu membaca novel.

Harus Ada Gagasan Pemikiran dalam Sebuah Karya

Ilustrasi puisi
Ilustrasi puisi. (Photo by freestocks on Unsplash)

Menurut Remy Sylado, sebuah karya harus menghendaki gagasan pemikiran yang tertuang di balik cerita yang ada. Itulah mengapa menurut Remy Sylado, novel seharusnya dilihat sebagai sebuah kerja riset agar tidak dilihat sebagai sesuatu yang kering.

Salah satu karya Remy Sylado diunggah oleh pemilik akun Twitter @BayuAngora. Menurut Bayu, Remy Sylado telah menjadi artist yang menginspirasinya untuk lebih berani menuangkan gagasan dalam tulisan.

Dalam unggahan itu, ada satu puisi milik Remy Sylado berjudul Selamat Malam yang ditampilkan. Berikut bunyinya.

Kupejamkan mata

Besok akan kuceritakan lagi

tentang perkara-perkara hati

yang dapat menyaingi akal kita

Selamat malam

Lampu padam. 

Infografis Nobel Sastra
Infografis Nobel Sastra (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya