Liputan6.com, Jakarta - Puasa Ramadhan memiliki berbagai manfaat bagi pengidap diabetes jika dijalankan dengan cara yang tepat.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes RS Pondok Indah – Puri Indah, M Ikhsan Mokoagow, penyandang diabetes boleh menjalankan ibadah puasa, asalkan kadar gula darahnya terkontrol.
Baca Juga
Berikut sejumlah manfaat puasa bagi diabetes, di antaranya:
Advertisement
- Menstabilkan kadar glukosa dalam darah
- Mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh
- Menurunkan tekanan darah
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Puasa Bantu Menstabilkan Kadar Glukosa dalam Darah
Ketika berpuasa, penderita diabetes 'dipaksa' untuk menjalani pola makan yang lebih terjaga dan teratur, serta asupan kalori yang relatif sama. Puasa juga membantu mengatur peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam tubuh.
Mengurangi Kadar Kolesterol Jahat bagi Diabetes yang Puasa
"Asalkan ketika sahur dan berbuka, pasien diabetes memilih makanan dengan bijak. Hindari makanan sahur dan tajil yang dimasak dengan teknik deep fried atau digoreng dengan minyak yang banyak," kata Ikhsan dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com belum lama ini.
Puasa Bantu Penderita Diabetes Menurunkan Tekanan Darah
Manfaat puasa bagi diabetes yang lainnya adalah tubuh akan mengurangi produksi hormon tertentu seperti hormon adrenalin yang menjadi penyebab meningkatnya tekanan darah.
Puasa Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Pasien Diabetes
Ketika sedang puasa, tubuh akan mendaur ulang sel imun yang tidak diperlukan, terutama sel-sel yang sudah rusak, sehingga sistem kekebalan tubuh pun diperbarui kembali.
3 Stratifikasi Risiko Diabetes untuk Puasa
Banyaknya manfaat puasa Ramadhan menjadi dorongan semangat bagi pengidap diabetes untuk ikut menjalankan ibadah tersebut. Namun, tidak semua pengidap diabetes bisa berpuasa penuh.
"Jika Anda penyandang diabetes dan ingin berpuasa, sebaiknya cek dulu apakah Anda termasuk dalam kategori pengelompokkan/stratifikasi risiko. Stratifikasi risiko merupakan aspek penting dari semua rekomendasi diabetes dan Ramadan," kata Ikhsan.
International Diabetes Federation dan Diabetes and Ramadan International Alliance (IDF-DAR) tahun 2021 membagi stratifikasi risiko berpuasa Ramadhan pada pengidap diabetes menjadi tiga tingkatan kategori, yaitu:
- Risiko tinggi, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi tidak aman
- Risiko sedang, di mana ada kemungkinan berpuasa menjadi kurang aman
- Risiko rendah, di mana ada kemungkinan berpuasa aman
Sistem penilaian dirancang dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap memengaruhi puasa.
Advertisement
Pasien Diabetes Jangan Memaksakan Diri untuk Puasa Jika Berisiko Tinggi
Pedoman stratifikasi risiko itu menunjukan perhitungan elemen risiko yang harus dinilai dan dihitung skornya. Skor yang didapatkan akan menentukan tingkat risiko keseluruhan bagi individu yang ingin berpuasa selama Ramadhan.
"Pengalaman berpuasa Ramadhan seseorang dapat bervariasi setiap tahun, karena itu, stratifikasi risiko perlu diperbarui setiap tahunnya supaya dapat menjalani puasa dengan aman," kata Ikhsan.
"Jadi, apabila Anda termasuk dalam kategori yang tidak direkomendasikan dan tidak dianjurkan untuk berpuasa, ada baiknya untuk tidak memaksakan diri," dia menambahkan.
Pengidap diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya jika:
- Kadar gula darah : 70 mg/dL
- Kadar gula darah : 300 mg/dL
- Terdapat gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lainnya.
Diabetes Adalah
Sebelumnya Ikhsan menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.Â
Namun, pada pengidap diabetes, glukosa tersebut tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh.
Umumnya, kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas.
Namun, pada penyandang diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Tanpa insulin yang cukup, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Ini menyebabkan glukosa menumpuk yang akhirnya memicu tingginya kadar gula dalam darah. Kondisi diabetes sendiri dapat menimbulkan berbagai gangguan pada organ tubuh.
Jika tidak terkontrol dengan baik, diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang berisiko mengancam nyawa.
Advertisement