Liputan6.com, London - Ilmuwan menemukan versi paling bermutasi (most mutated version) dari virus COVID yang pernah tercatat di dunia bisa jadi telah ditemukan di Indonesia. Varian yang dimaksud merupakan turunan dari strain varian Delta, yang diambil dari swab pasien di Jakarta.
Virolog dari Warwick University Inggris, Professor Lawrence Young mengungkapkan, varian virus Corona paling bermutasi dari Delta tersebut dilaporkan memiliki 113 mutasi unik dibandingkan dengan varian Omicron yang membawa sekitar 50 mutasi.
Baca Juga
Dari 113 mutasi yang tercatat, 37 mutasi di antaranya, memengaruhi protein lonjakan virus, yang ditemukan di permukaan virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19.
Advertisement
Protein lonjakan membantu virus menempel dan masuk ke dalam sel manusia. Ini juga merupakan target dari banyak vaksin COVID-19, yang bekerja untuk sistem kekebalan tubuh buat mengenali dan menyerang protein spike, tulis Lawrence, dikutip dari Metro, Minggu (30/7/2023).
Disebut juga Sebagai Varian 'Paling Ekstrem'
Tak hanya dikatakan versi paling bermutasi, turunan varian Delta ini pun disebut sebagai versi yang paling ekstrem (most extreme).
"Meskipun ini (turunan varian Delta) bisa jadi merupakan varian 'paling ekstrem' yang pernah kita temui, ini hanya akan mengkhawatirkan jika menyebar dengan cepat," lanjut Lawrence.
Berasal dari Pasien Infeksi Kronis
Profesor Lawrence Young menekankan, masih belum jelas, apakah jenis virus dari turunan varian Delta yang baru ditemukan ini berpotensi untuk menyebar dan menginfeksi orang lain.
Menurutnya, virus baru ini diyakini berasal dari kasus infeksi kronis di mana seorang pasien, alih-alih mengalahkan virus dalam beberapa minggu, malah mengalami infeksi yang berkepanjangan selama berbulan-bulan.
"Infeksi kronis ini biasanya terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu, seperti pasien dengan AIDS atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi, sehingga melemahkan kemampuan mereka untuk berhasil melawan virus," tambah Lawrence.
Advertisement
Bermutasi Secara Tidak Biasa
Di sisi lain, virolog dari University of Reading Inggris, Profesor Ian Jones menyebut, bahwa varian turunan Delta ini bermutasi secara tidak biasa (unusually mutated).
Sementara COVID bermutasi sepanjang waktu, Ian mengatakan, infeksi kronis telah meningkatkan potensi untuk mendorong virus Corona beradaptasi dengan lebih baik untuk menyusup ke dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
"Kekhawatiran terhadap infeksi kronis adalah bahwa virus bermutasi pada individu yang telah memiliki kekebalan," tambahnya.
Ketakutan Varian Baru Muncul Diam-diam
Temuan varian baru dari Delta di atas telah dimasukkan ke dalam basis data genomik COVID global pada awal Juli 2023.
Lebih lanjut, Profesor Lawrence mengatakan, ketakutan terbesar adalah adanya varian baru seperti ini yang muncul secara diam-diam.
"Virus ini terus mengejutkan kita dan berpuas diri adalah hal yang berbahaya. Ketika virus ini menyebar dan terus bermutasi, pasti akan mengakibatkan infeksi serius pada mereka yang paling rentan dan juga akan meningkatkan beban mereka yang menderita akibat infeksi jangka panjang," tutupnya.