Kelola Hipertensi agar Tak Berujung Serangan Jantung Bahkan Kerusakan Otak

Hipertensi atau tekanan darah tinggi perlu dikelola agar tidak menimbulkan komplikasi pada tubuh seperti serangan jantung.

dr Ainni Putri Sakih
Direview oleh: dr Ainni Putri Sakih

dr Ainni saat ini adalah dokter umum di Rumah Sakit Bakti Timah, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 15 Jan 2024, 15:33 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 18:00 WIB
Sudah makan tiga obat yang diberikan dokter tapi hipertensi tetap tak terkontrol. Bisa jadi itu merupakan hipertensi resisten. (Foto: Freepik)
Sudah makan tiga obat yang diberikan dokter tapi hipertensi tetap tak terkontrol. Bisa jadi itu merupakan hipertensi resisten. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Hipertensi atau tekanan darah tinggi saat ini bukan cuma jadi penyakit yang mendera orang tua. Banyak orang muda yang saat memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan alami hipertensi.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sekitar 34,1 persen penduduk dewasa Indonesia menderita hipertensi.

"Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga populasi Indonesia berpotensi terkena risiko komplikasi serius akibat hipertensi jika tidak diatasi dengan baik," kata dokter spesialis penyakit dalam Wirawan Hambali.

Maka itu, bila dokter mengatakan bahwa Anda sudah terkena hipertensi, maka perlu dilakukan pengelolaan agar tidak menimbulkan komplikasi.

"Pencegahan dan pengelolaan hipertensi sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya," kata Wirawan.

Berikut hal yang perlu dilakukan untuk mengelola hipertensi:

1. Perubahan gaya hidup

Menerapkan pola makan sehat, mengurangi konsumsi garam, meningkatkan aktivitas fisik,berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol.

2. Terapi pengobatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif membantu.

"Ada baiknya obat rutin yang sudah diresepkan dokter diminum secara teratur untuk membantu kerja organ tubuh dalam menurunkan tekanan darah," kata Wirawan.

Ia juga mengatakan agar tak usah khawatir soal efek samping obat yang diresepkan dokter. Obat rutin yang sudah diresepkan oleh dokter tidak akan membuat ginjal rusak, karena dosisnya sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

"Sebaliknya, resep obat rutin yang tidak dikonsumsi dengan baik, justru dapat memperberat kerja organ ginjal," lanjut Wirawan yang sehari-hari praktik di RS Pondok Indah - Puri Indah Jakarta ini dalam keterangan tertulis ke Health Liputan6.com.

3. Pemantauan Rutin

Ilustrasi tekanan darah tinggi | Pera Detlic dari Pixabay
Ilustrasi tekanan darah tinggi | Pera Detlic dari Pixabay

Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, bahkan jika Anda merasa sehat. Hal ini penting untuk mengetahui kemajuan dan memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan baik.

4. Konsultasi medis

Berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau faktor risiko lain yang meningkatkan peluang berkembangnyakondisi ini.

5. Edukasi diri

Perkaya pengetahuan mengenai berbagai informasi terkait hipertensi dan cara mengelolanya. Hal ini dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah yang lebih baik untuk menjaga kesehatan.

Tentang Hipertensi

Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, darah tinggi
Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, darah tinggi. (Photo by Mufid Majnun on Unsplash)

Hipertensi adalah kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten. Sementara itu, tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah saat mengalir melalui arteri.

Berdasarkan panduan American College of Cardiology/American Heart Association tahun 2017, hipertensi dapat didiagnosis apabila tekanan darah menetap tinggi lebih dari satu kali pengukuran, yaitu jika menetap lebih dari sama dengan 130/80 mmHg.

Ada beberapa orang yang memiliki faktor risiko hipertensi, mengingat penyakit ini tidak bergejala, maka rutin memeriksa tekanan darah adalah hal yang baik. Berikut faktor risiko hipertensi:

1. Usia

Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.

2. Faktor genetik

Adanya anggota keluarga dengan riwayat hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit yang sama.

3. Gaya Hidup

Konsumsi garam berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor-faktor gaya hidup yang berkontribusi pada tekanan darah tinggi.

4. Diet tidak sehat

Kebiasaan diet dengan kandungan tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan gula dapat berperan dalam perkembangan hipertensi.

5. Stres

Kondisi tekanan psikologis kronis dapat turut memengaruhi tekanan darah.

6. Ada kondisi medis tertentu

Gangguan hormon, gangguan tidur seperti sleep apnea, penyakit pankreas juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Infografis Etika Makan Fine Dining
Infografis Etika Makan Fine Dining. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya