Liputan6.com, Jakarta - Penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian secara global. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, 17,9 juta orang meninggal akibat penyakit jantung.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Ima Ansari Kusuma, serangan jantung adalah kondisi di mana otot jantung secara mendadak tidak mendapat aliran darah karena terdapat hambatan.
Baca Juga
Tingginya angka kematian akibat serangan jantung salah satunya karena penanganan yang terlambat. Masih banyak masyarakat yang tidak memahami bantuan hidup dasar (BHD) yang bisa dilakukan kepada pasien serangan jantung.
Advertisement
Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sakit jantung tidak ditangani dengan tepat. Ketika timbul gejala penyakit jantung, penanganannya malah dibaluri minyak angin atau dikerok.
Hal ini juga disebabkan kurangnya pengetahuan soal gejala penyakit jantung. Menurut Ima, gejala penyakit jantung yang paling khas adalah nyeri dada. Namun, tidak semua nyeri dada pasti sakit jantung.
“Nyeri dada yang khas itu terutama yang ada di belakang dada dan dia tidak bisa dilokalisasi atau ditunjuk di mana tepatnya, lokasi nyerinya,” kata Ima dalam peringatan hari ulang tahun RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita ke-38, Kamis (2/11/2023).
Nyeri dada akibat sakit jantung biasanya dipicu oleh aktivitas dan nyerinya cenderung menjalar. Bisa menjalar ke lengan, punggung, leher, hingga rahang.
Gejala Penyakit Jantung Koroner Berikutnya
Gejala lain yang perlu diwaspadai karena bisa merujuk pada penyakit jantung adalah:
- Keringat yang banyak hingga baju basah.
- Mual.
- Muntah.
“Kadang keluhannya memang tidak khas, bisa nyeri ulu hati, sesak, saya pernah punya pasien jantung keluhannya sakit gigi. Namun, gejala yang tidak khas ini akan dialami oleh golongan tertentu.”
“Golongan tertentu itu siapa? Satu geriatri atau usia lanjut, kedua perempuan, ketiga penderita diabetes atau sakit kencing manis sehingga keluhannya enggak khas,” jelas Ima.
Advertisement
Membantu Pasien Diduga Serangan Jantung
Ima pun menjelaskan, ketika ada rekan atau keluarga yang diduga mengalami serangan jantung, maka segera lakukan bantuan hidup dasar atau BHD.
Jika seseorang tiba-tiba tak sadarkan diri, bisa karena serangan jantung atau hal lainnya, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
- Pastikan keamanan korban, keamanan diri, dan keamanan lingkungan.
- Cek respons korban dengan menepuk bahu atau panggil namanya.
- Panggil bantuan.
- Cek napas korban.
- Memberikan bantuan napas buatan.
- Memberikan bantuan pijat jantung (RJP).
Pada pasien yang masih sadar tapi dicurigai ada serangan jantung maka posisikan pasien tetap tenang dan nyaman.
“Kalau bajunya terlalu ketat, dilonggarkan. Kalau sudah pernah berobat jantung biasanya pasien sudah punya obat khusus kalau ada serangan, namanya isosorbide.”
“Obatnya ditaruh di bawah lidah, kalau tidak membaik setelah tiga kali pengulangan segera bawa ke IGD terdekat,” tutur Ima.
Workshop Bantuan Hidup Dasar
Mengingat tingginya kasus kematian akibat penyakit jantung, pihak Ima menggelar workshop soal bantuan hidup dasar atau BHD.
“Workshop bantuan hidup dasar, pesertanya dari organisasi profesi seperti Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan juga masyarakat yang ada di sekitar RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.”
“Jadi acara ini dalam rangka hari ulang tahun RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ke-38 dan juga dalam rangka Hari Kesehatan Nasional yang ke-59 nanti tanggal 12 November. Sedangkan ulang tahun RS tanggal 9 November,” ungkap Ima.
Workshop ini digelar mengingat pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) memiliki fokus untuk merangkul masyarakat sekitar agar berperan dalam isu kesehatan.
“Harapannya meningkatkan awareness terutama terkait masalah jantung dan yang paling tinggi angka (kematiannya) kan penyakit jantung koroner sehingga ya inilah kita bikin acara ini untuk merangkul organisasi profesi dan masyarakat sekitar,” pungkasnya.
Advertisement