4 Pasien COVID-19 Jalani Perawatan di RSUP Adam Malik

Disampaikan Manajer Hukum dan Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak, semua pasien COVID-19 tersebut semuanya pria dengan rentang usia 39 hingga 72 tahun.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 21 Des 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 09:00 WIB
Virus Covid-19 di Indonesia
Ilustrasi virus Covid-19 yang merajalela di Indonesia. /pixabay.com Geralt

Liputan6.com, Jakarta - Empat pasien COVID-19 menjalani perawatan intensif di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, Sumatera Utara.

Disampaikan Manajer Hukum dan Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak, semua pasien COVID-19 tersebut semuanya pria dengan rentang usia 39 hingga 72 tahun.

"Ada empat orang berjenis kelamin pria dinyatakan positif COVID-19 berumur 39 sampai dengan 72 tahun," ujar Rosario di Medan, Rabu (20/12).

Keempat pasien tersebut mulai masuk rumah sakit dan dinyatakan positif COVID sejak 10 Desember 2023 dengan gejala ringan hingga berat.

"Semua pasien memiliki komorbid," ujar Rosario, dilansir Antara.

Rosario pun mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan mengenakan masker jika sedang tidak sehat.

"Jika sedang berada di tempat umum atau transportasi umum yang penuh atau padat jangan lupa disiplin cuci tangan," Rosario mengingatkan.

RSUP Adam Malik juga tetap melakukan pelayanan siap sedia, karena rumah sakit tersebut merupakan rujukan COVID-19 terutama dengan gejala berat yang dialami pasien.

"Kami sudah siaga mulai dari sumber daya manusia (SDM) sampai dengan sarana prasarana," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 varian JN.1 masih terkendali mengingat belum banyak pasien yang memerlukan ruang perawatan intensif atau ICU.

"Jumlah yang dirawat di ICU masih enggak banyak, orang yang sakit saat ini masih belum membutuhkan ICU," tutur Imran. 

 

3 Aspek COVID-19

Menurutnya ada tiga aspek untuk melihat seberapa bahaya kondisi COVID-19.

"Karena untuk melihat seberapa berbahaya COVID-19 ini kita melihat tiga aspek, mulai dari jumlah kasus, jumlah orang yang perlu rawat inap, dan jumlah orang yang perlu masuk ke ICU," ujar Imran dalam bincang akhir tahun bersama Kemenkes di Jakarta.

Dia menegaskan, pemerintah tetap melakukan mitigasi guna mengantisipasi lonjakan kasus akibat JN.1.

 

Belum Ada Mutasi Baru Virus COVID-19

Imran mengatakan, varian JN.1 sebenarnya adalah galur dari varian Omicron. Dengan demikian belum ada mutasi baru virus COVID-19.

Kemenkes, kata Imran, akan terus bersinergi dengan pemerintah daerah guna melakukan penjagaan di tempat-tempat wisata mewaspadai lonjakan kasus. Ini karena jumlah pengunjung bisa dipastikan mengalami kenaikan pada libur natal dan tahun baru (nataru).

"Potensi (peningkatan kasus COVID-19) pasti ada karena orang kan mobilitas ya, tempat-tempat wisata juga penuh, tetapi yang dijaga itu, kita terus memonitor apakah ada kasus baru dengan galur baru selain Omicron, kita selalu memantau tingkat keterisian ICU-nya. Beberapa yang membutuhkan perawatan serius, kalau di rumah sakit itu masih cukup banyak ketersediaan, berarti masih terkendali," ungkapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya